By Sam (050405.23.33)
Kasihku ….
Jika kau mampu lihat matahari di ujung bumi. Yakinkan hatimu. Ijinkan kau dalam pelukku, kan kurebahkan hidupku di telapak tanganmu untuk bersama kita genggam. Biarkan cinta sederhanaku menghias langit angan dan mimpi kita, mewujudkannya dan menyadarkan kita bahwa kebersamaan ini bukan sesaat, namun selamanya.
Kasihku …..
Bila saat ini belum dapat kau rasa sinar surya di ujung sana. Biarkan mata dan hatimu terbuka untuk dapat melihat diri ini di segala sisi. Mengerti bahwa begitulah diri ini apa adanya. Menyadari bahwa ada hasrat, kesungguhan dan juga mimpi yang ingin bersama kucipta dan rasa bersamamu.
Kasihku ….
Kala kau tak hendak menengok mentari itu barang sejenak. Biarkan kita untuk bisa saling pandang dan sapa. Yakini bahwa aku akan tetep bisa menjaga. Aku akan relakan bara semangatku kau padamkan dan jadikan beku. Namun … takkan kubiarkan jika kau hendak ambil mimpiku. Jangan pernah coba …. karena kutakkan ijini.
By Sam (190405.10.27)
Pagi lalu saat rona merah masih membias, di pelataran kutatap wajahmu dalam tegun. Segurat ketenangan dalam tatapmu meneduhkan resahku. Membawaku pada mata air kepercayaan bahwa cinta ini benar adanya. Sejak itu aku berlari menemui Tuhanku, kupinta Dia ulurkan tanganNya kan kuletakkan asaku dalam dekapnya. Kuyakinkan harapku bukanlah mimpi untuk menemuimu lagi setiap pagi.
Matahari perlahan meninggi, berjalan kita menyusur keringnya pematang. Tangan-tangan rapuh kita menaburkan benih di lahan gersang. Kau kata benih ini akan menjadi pokok menjulang. Meski tiada air namun dia disemai dan disirami dengan harapan. Aku terdiam dalam gamang dan keputus asaan. Kembali ku menoleh pada Tuhanku kusematkan tanya di jarinya. Kupintakan untuk mengusap hatiku, agar kutak hanya bisa melihat dengan mataku tapi juga jiwaku. Agar dipadamkan segala cemas juga gundah raguku. Menerima jalanku hidupku dalam keyakinan dan keikhlasan.
Sebentar lagi senja berarak menjelang. Sekejap kubersamamu … habislah waktu dan hariku. Ingin kupasung hati dan ragamu namun, waktu siapa yang mampu menahannya berlalu. Kucoba berdiri menggapai ujung jubah Tuhanku. Dalam tatih ku genggamkan pintaku di sakunya. Kiranya diijinkan diri ini tetap bisa memandangmu dan menunggu hingga benih di ladang itu bertumbuh dan dituai. Kurangkul erat Tuhanku untuk meletakkan cintaku di telapaknya. Dan meminta untuk menjemputku satu saat nanti. Mempertemukan dan menautkan tangan kita seperti satu jiwa …
Meski bukan di kehidupan ini semua itu jadi nyata ….
Meski bukan jalan ini yang kita pinta ………………..