Dunia FIG Siapkah? (1)

By Besamyono [15.07.2023]

Event akbar gymnastic tanah air Indonesia Open 2023 dan Jakarta Open 2023 yang berlangsung marathon  4-9 Juli 2023 lalu telah usai.  Dua milestone yang menjadi momentum bagi karir ilona sebagai atlet.  Di kedua kejuaraan ini Ilona tidak lagi bertanding di level namun di akselerasi masuk di kelas FIG pre junior. FIG merupakan level tertinggi dalam dunia gymnastic.  Hal ini sangat fenomenal mengingat sejauh ini Ilona baru  berada di level 4 dan harus lompat 4 level ke level FIG.  Lompatan ini sesuatu yang tidak biasa di dunia gymnastic bahkan di clubnya belum ada sejarah hal sedemikian.  Tentu ini merupakan kejutan yang mengundang pertanyaan tidak saja rekan di clubnya namun juga pihak di luar club.  Bahkan sebagai orang tuapun di balik rasa bangga saya mencoba mencerna duduk permasalahan.  Kekawatiran saya sangatlah beralasan.  Akselerasi ini bukan saja mengenai kenaikan level namun pada pertanyaan apakah ilona mampu secara skill dan apakah dalam hal mentalpun Ilona cukup mampu menghandle persaingan yang lebih pro dimana langit adalah batasnya.  Para coach memberikan garansi bahwa akselerasi ini bisa dipertanggung jawabkan.  Ilona ditest mampu untuk menguasai skill FIG dan yang terpenting juga peran dan dukungan orang tua untuk bisa mendampingi anak secara mental dan aktifitasnya cukup memberikan point yang lebih pada keputusan para coaches. Apakah kepercayaan bisa di buktikan oleh Ilona dan siapkah dia di proyeksikan ke level FIG?

UJIAN PERTAMA:

Dari event Indonesia Open tahun lalu Ilona menyapu nomer all around di level 3.  Di event Indonesia Open tahun ini, mentalnya di uji karena dia akan bertanding di level FIG pre junior 11-13.  Kali ini sebagai anak bawang termuda dimana usianya baru 10 tahun.  Terhitung beberapa peserta ada juga yang merupakan debutan pertama.  Namun mereka sudah terbiasa beberapa tahun di level 6 dan 7 sehingga tidak membutuhkan penyesuaian.  Sementara Ilona harus berjuang karena gerakan barunya baru dilakukan intens 2-5 bulanan ini.  Beberapa gerakanpun harus dia ubah di last minute pertandingan untuk penyesuaian.  Tanpa di sadari inilah yang menjadi beban dirinya mengerucut hingga kepercayaan dirinya terkapar saat saat menjelang pertandingan.  

Beberapa minggu sebelum pertandingan kepercayaan dirinya runtuh.  Yang membuat dia tidak performed bagus meski dalam sesi latihan.  Saya mengira ini karena beban yang dia pikul akan hasil pertandingan nantinya.  Sejauh ini tak pernah dia pulang tanpa medali dan dia tahu bagaimana menguasai pertandingan. Namun kali ini beda cerita, dimana posisinya sebagai underdog.  Saya mensyukuri karena pada akhirnya masalah ini cepat teratasi karena motivasi dan dorongan Coachnya.  Dan dia bisa membangun kepercayaan diri akan tanggung jawab dan kepercayaan yang diberikan coachnya sejauh ini.  Selesai? Ternyata tidak!

Di hari pertandingan saya tak bisa menemani.  Kali ini venue bertempat di hotel Sol Marina Tangerang.  Sedikit banyak dia akhirnya merasakan bagaimana harus bertanding mandiri tanpa ayahnya yang biasanya akan berada di sisinya, menyiapkan outfit dan mentalnya.  Pekerjaan saya memaksa harus stay di kantor dan jadwal pertandinganpun ternyata cukup molor hingga penyelenggaraannya hingga malam hari.  Tentu ini tidak saja menguras fisik namun juga secara psikologis kelelahan dan kejenuhan akan hinggap pada anak-anak.  Tidak saja bagi ilona yang mengalami kesulitan.  Sayapun tidak bisa duduk tenang memikirkan debut perdananya.  Jalannya pertandingan cukup menguras emosi dan menantang mental karena saya hanya bisa menerima berita dari bundanya melalui HP disetiap usai nomor yang dipertandingkan.

Alhamdulillah, Hasilnya tidaklah seburuk yang saya pikirkan.  Saya cukup kawatir Ilona akan berada di posisi kunci dan itu menjadi hal yang traumatic bagi dia.  Di empat nomor yang dipertandingkan dia selalu berapa di papan tengah.  Catatan menarik ternyata dia cukup bisa bersaing dengan seniornya sendiri di club dan hasil akhirnya dia menyabet 4th place di nomor Vault.  Hasil ini memberi bukti bahwa dia mampu dan bisa.  Kini masalah di jam terbang semata yang tidak bisa tidak, tidak mungkin akan terselesaikan secara instant.  Butuh waktu untuk menyempurnakan setiap gerakan, butuh proses untuk menjadikan setiap gerakan punya makna dan menjadi sesuatu yang natural.  Dia perlu jam terbang itu.

Ilona harus berbangga pada dirinya karena dia memberikan kejutan dimana sebagai peserta termuda dia mampu membuktikan kemampuannya berada di level FIG dari level 4 sebelumnya.  Tidak sedikit yang mempertanyakan hal ini baik dari parent maupun beberapa coach club lain.  Kini tinggal pada Ilona bagaimana dia membuktikan bahwa keberadaannya layak disini.  Dan sejauh perjalanan di test pertamanya ini semuanya cukup berjalan baik.  Ada rasa haru dan bangga bagaimana kerja kerasnya bisa di buktikan.  Bagaimana jerih payahnya di beri jalan oleh Tuhan.

(bersambung)

Please follow and like us:
Facebooktwitterredditpinterestlinkedinmail

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *