Wisuda Generasi Covid19

Tak pernah ada yang menduga sedemikian massifnya perubahan tatanan pada era Pandemi Covid19 ini.  Wabah global ini mengenalkan banyak hal pertama pada tatakelola, pelaksanaan maupun pengalaman baru yang sebersitpun tidak pernah terlintas akan dialami sebelumnya.  Lupakanlah atau setidaknya pendam dahulu semua rencana, harapan ataupun keinginan yang sempat dijadwalkan sebelum pandemic tiba.  Dan salah satu dari sekian besar rencana itu adalah pelaksanaan Wisuda!. […….]

Continue Reading

You may also like

Proses Dan Hasil

Berbeda dengan si bungsu yang mewarisi ketidak bisa diaman saya, maka si sulung Sophie lebih mewarisi ambisi dan keseriusan saya dalam mencapai sesuatu. Diapun paham ajaran saya untuk selalu mandiri dan mengejar apa yang diinginkan dengan komitmen tinggi serta mengetahui konsekwensi keinginannya itu.  Bahkan walaupun saya coba membuatnya santai dan tidak tertekan namun tak urung targetnya sendiri membuat dia dibawah tekanan.[…….]

Continue Reading

You may also like

Sophia: Blowing Her 6th Candle

Sophia sepertinya bukan lagi si kecil yang suka berceloteh dan menyanyi dengan suara pelat bukan pula si anak yang tidak percaya diri ataupun si kecil yang bisa berayun ayun di pelukan saya.  Usianya telah 6 tahun awal tahun ini.  Padahal seakan saya baru menemuinya kemarin saat dia hadir diantara kami, dengan tangisnya dan dengan kepintarannya nenen di hari pertama kelahirannya.  Masa itu seakan begitu cepat dan kini saya melihatnya tumbuh dalam kecakapan dan kehebatan yang ada di dirinya.  Dia telah membuat kami bangga dengan budi pekerti dan prestasinya.

[…….]

Continue Reading

You may also like

SophiaIlona: Ivory & Ebony

Berbeda itulah yang semakin saya sadari bila melihat sosok dua gadis mungil saya Sophia dan Ilona. Memang seharusnya begitu.  Tidak ada anak yang sama.  Bila ada saya yakin itu hanyalah keinginan orang tua semata.  Keinginan untuk tetap berada pada zona nyaman. Sama seperti keinginan saya sebelum Ilona lahir.  Keinginan karena kekawatiran tidak bisa menerima satu perbedaan, kekawatiran bahwa sulit memberika perlakuan adil terhadap mereka.  Dan ternyata begitu semua ini berjalan, kekawatiran itu pupus juga.  Karena kekawatiran ini muncul bila saya terfokus pada perbedaan mereka, bukan pada kehebatan dan kelebihan yang mereka punya.

Telinga saya tergolong tipis bila mendengarkan betapa banyak saudara dan rekan yang selalu mengangkat topik perbedaan ini.  Meski perbincangan ini membawa kesenangan, namun akanlah sesaat.  Sisanya akan menjadi ajang persaingan dan olokan bagi yang dibandingkan. Satu masa yang tidak adil.  Saya lebih suka mereka ditunjukkan kelebihan yang mereka punyai untuk bisa dikembangkan menjadi satu kekuatan diri.  Juga, di perlihatkan kelemahan mereka untuk bisa saling di bantu dan dijaga.  Mereka adalah team.  Team yang hebat adalah yang bisa saling berkolaborasi bukan saling menggali jurang perbedaan diantara mereka.[…….]

Continue Reading

You may also like

1 2 3 12