Aku berbicara dengan Bapak. Kukatakan aku akan tersenyum hari ini. Berpaling dari masa lalu yang membuat aku buram. Beranjak dari pedih dan gundah yang membeban serta patuh pada waktu yang taklah bisa kuharap kembali. Menyadari kebodohan tiga tahun ini. Tak bijak makin menyendat Bapak dengan derita disaat masa lampaupun bahagia tak bisa kuberikan. Kutahu bukan ini yang Bapak mau, keyakinanku meneguhkan Bapak inginkan aku bisa tunjukkan bahwa aku mampu. Mampu mensenyumkan diriku juga mengeringkan air mata ibu. Baginya bahagiaku adalah milik dia. Kutatapkan wajahku kedepan, ada bulir bening mengalir hangat. Bulir kelegaan dan keyakinan …Bapak ada di sisiku, menyelimutiku dengan ajaran dan kasih.
Mencintaimu Dengan Sederhana
Bisa jadi cinta memang tak seindah roman picisan yang terjual di emperan toko, bukan pula hal yang menyesakkan seperti halnya tuturan dalam “oh mama oh papa”. Bila memang cinta itu sesederhana itu mengapa justru begitu sulit dan selalu berkelit. Hingga kadang diri inipun kembali ditanyai “ Apa yang kau cari…..???” Apakah benar begitu pemilihkah atau justru ada ketakutan lain sehingga satu ikatan menjadi sangat dipertanyakan akan kebahagian yang bisa dibawanya.