Pepatah yang mengatakan “belajarlah dari kesalahan” bisa jadi adalah pepatah yang salah! Bila kita mencerna kenyataannya kenapa kita tak belajar tentang hal benar?. Karena seringnya kita belajar dari kesalahan kita malah ahli dalam berbuat salah. Kembali mengulang kesalahan dan kembali kita memberikan statement “kita belajar dari kesalahan”. Memang pembelajaran adalah satu proses sepanjang hidup kita. Namun proses belajar yang tak membuat kita makin pintar menurut saya adalah satu pembodohan. Tulisan ini juga dimuat di DETIK.COM, disadur LACAK.ID dan satu kehormatan disebut dalam RUNWAY-AVIATION[……..]
Celebrate Our Moment With Il Divo
Perjalanan pernikahan kami akan tergenapi di usia ke 7 tahun akhir maret lalu. Atau tepatnya tanggal 31. Saya seakan dihadapkan pada rentang panjang perjalanan di belakang saya yang makin semu untuk saya lihat. Bukan semakin buram karena saya enggan mengingat atau saya melupakannya. Namun saya melihat lorong panjang perkawinan yang berada di depan saya teramat lebih menarik hati dan pikiran saya untuk dijalani. Sejak tahun lalu langkah kami tak lagi hanya bertiga. Ilona menggenapinya hingga saya semakin bersemangat untuk menapak lorong di hadapan saya bersama tawa canda dan kebersamaan kami. Dan di titik ini saya benar-benar tak putus menuturkan kata syukur atas berkah dan kerahmatan yang tergenggam dalam telapak tangan saya ini.[…….]
Be Style Biker With Vespa Piagio LX 150 ie
Menikmati perjalanan di Jakarta tak ada yang lebih nikmat selain dilakukan dengan TIDUR!. Perjalanan mencapai satu lokasi yang berlipat waktu yang dibutuhkan di jam kerja membuat waktu seakan terbuang. Tidur adalah investasi waktu dan akan ditebus di rumah dengan tidur larut untuk menyelesaikan ini dan itu. Inilah Jakarta. Saya masih ingat tahun 97 an saya menjadi Biker di Surabaya. Kemacetan yang tak separah Jakarta dan kepadatan kendaraan yang tidak over membuat saya lebih nyaman untuk bermanuver serta merasa aman untuk berkendara. Namun melihat jalan di Jakarta. Sepertinya keinginan untuk menjadi Biker jauh hari cepat-cepat saya urungkan.
Banyak alasan kenapa menjadi Biker di Jakarta menjadi momok bagi saya? Kepadatan jalan adalah hal pertama yang saya pikirkan. Bukan ngeri dengan banyaknya sepeda motor tapi lebih ngeri dengan perilaku berkendara yang luar biasa ajaib di jalan. Tak sekali saya jumpai pelanggaran lalu lintas serta adu mulut diantara para pengendara. Ini yang membuat nyali saya ciut. Dan hal kedua yang saya pikirkan adalah tempat parkir. Beberapa gedung tak ada tempat parkir, kalaupun ada seringkali mirip jebakan. Bisa masuk dan tak bisa keluar. Duh!. Dan semua ini diperparah dengan cuaca jakarta yang panas yang akan menambah lelehan keringat bercampur debu setiap harinya. Akibatnya dulu saat di rumah ada Supra X yang dibeli 7 tahun lalu, argometernya masih menunjukkan angka di bawah 1.000 KM. Paling jauh motor hanya dipakai untuk keliling komplek mengantar anak jalan […….]
Penang – Pinang – Pineng
Bandara Soetta terminal 3 tempat keberangkatan Air Asia masih sepi di pagi buta ini. Bahkan ruang tunggu boardingpun belum dibuka. Kami terlalu awal datang. Jam masih menunjukkan pukul 3 pagi. Mungkin ini akan menjadi perjalanan yang cukup melelahkan. Selain ini bukan perjalanan yang di rencanakan jauh hari. Sampai semalampun masih banyak hal yang perlu dibereskan hingga tak ada waktu cukup untuk istirahat. Dan mungkin yang paling berat adalah ini pertama kalinya saya dan istri saya harus bepergian bersama tanpa si kecil, Sophie. Terasa ada sesuatu yang berbeda. Berulangkali bahkan kami mengecek Sophie di tempat neneknya. Dan bisa dibilang ini perjalanan pelarian karena mencoba sedikit beristirahat keluar dari rutinitas harian kamipun hanya menyempatkan pergi 3 hari 2 malam (tanggal 2-3 Maret 2012 dan kembali tanggal 4 pagi buta)
Perjalanan ini memakan waktu lebih lama daripada penerbangan ke KL. Dihilangkannya pengisian imigration form membuat perjalanan ini lebih tidak merepotkan di bandara kedua negara. Sekitar pukul 8 waktu setempat kami sampai di Penang International Airport di Bayan Lepas. Penang sendiri merupakan satu Pulau sebagai pusat pemerintahan dengan George Town sebagai ibukotanya. Meski bertuliskan Penang namun masyarakat lebih melafalkannya sebagai “Pineng”. Hal yang mencengangkan adalah pesatnya pembangunan di pulau ini. Di sekitar bandara dan telah dikembangkan kota modern dengan bangunan pencakar untuk kantor maupun apartment. Bahkan dalam perjalanan dari airport ke Northam All Suit Hotel di George Town, hamparan pemandangan yang nampak mengingatkan pada Hongkong 20 tahun silam. Akomodasipun cukup tersedia. Dengan bus kami bisa melaju ke pusat kota (Komtar-komplek Tun abdul Razak) dalam waktu setengah jam dalam kondisi jalan yang mulus dan lengang melewati sisi Penang bridge yang menghubungkan penang pulau dan daratan. Indah. [……]