2 Januariku (catatan ayah)

Tak ada keajaiban bagi saya selain melihat Sophie tumbuh dengan segala kebisaannya serta berkembang dengan segala sifat dan raga yang mencerminkan paduan antara saya dan bundanya. Bundanyalah yang mengisi ragawinya dengan kecantikan, kulit putih dan daya tahan tubuh yang luar biasa. Sementara banyak sifat dirinya yang merefleksikan sifat kecil saya seperti banyak omong, keras kepala, sensitif, smart dan amat sangat kreatif. Paduan yang membuat kami sebagai orang tua tak perlu lagi memperebutkan kehakikian kemiripannya dengan kami. Karena bagaimanapun kehadiran dia di sisi kami sudah lebih dari kata rahmat yang harus kami syukuri dan kami pertanggungjawabkan.

Tepat 2 januari kemarin genap 2 tahun usia Sophie. Seperti tahun lalu, ulang tahunnyapun diadakan di Jogja dan Jakarta. Bedanya tahun lalu ulang tahun di Yogya harus di dahului dengan sakit panas karena tumbuh gigi, semeantara kali ini ulang tahun di Jakarta justru yang harus diundur karena sophie kelelahan selama roadshow pulang kampung dan tertularnya virus yang menyerupai cacar air selama 3 hari […….]

Continue Reading

You may also like

Ayah Yang Aneh

Ayah pernah bilang ke aku bahwa kami beruntung atas hadirnya Bunda. Dan ayah selalu bilang bahwa dia berterima kasih kepada bunda yang bisa diandalkan dalam merawatku. Tidak hanya tahu bagaimana merawat tapi juga punya strategi bagaimana mendidikku. Cerita ayah, beliau sebenarnya tak berharap banyak akan kebisaan bunda ini mengingat betapa tomboy dan cueknya Bunda. Hingga apa yang telah Bunda berikan kini bisa dikatakan sebagai hal luar biasa yang ayah dan aku terima. Tak bisa dibayangkan bagaimana bila hanya ayah yang harus mengambil alih peran itu? aku yakin tak hanya berantakan tapi juga kekalangkabutan akan terjadi setiap harinya. Bayangkan saja selama ini hanya sekali ayah mencebokiku. Selebihnya ayah hanya bisa teriak memohon “Bundaaaaaa!” begitu aku bikin Creamy. Pun kalau aku lagi sakit dan muntah, jangan harap bisa di bantu ayah. Karena ayah akan ikutan muntah dengan tidak kalah hebat. Ayah benar-benar ayah yang aneh yah hahahaha.

Apakah ayah memang benar-benar aneh seperti kataku? yaiyalah. Kadang kakak, nenek atau tante suka geleng kepala melihat bagaimana cara ayah mengajakku bermain juga cara aku diajak belajar. Pendek kata ayah mengajarku bermain dengan caranya sendiri. Mungkin karena unik inilah aku lebih suka bermain dengan ayah daripada dengan bunda. Ayah tak segan untuk bertingkah diluar nalar atau menirukan hal yang tak lazim untuk membuatku tertawa atau mengembangkan imajinasiku. Ayahpun jarang mencontohkan memainkan mainanku secara standart. Biar kreatif begitulah dalihnya [……..]

Continue Reading

You may also like

Saat Aku Ingin Sekolah

“Bunda aku mau sekolah” Demikian rengekku. Dan kalang kabutlah Bundaku dibuatnya. ini bukan permintaanku yang pertama juga bukan ke tiga. Ini kesekian kalinya. Dan keinginan ini makin besar tiap kali aku melihat kakak-kakak berbaju seragam atau ayah pamit untuk mengajar. Dan aku begitu riang begitu Bunda berjanji akan mencarikan tempat sekolah untukku. Aku pikir keinginanku bersekolah tak berlebihan karena aku punya banyak buku, tas sekolah dan aku suka menyanyi. Meski tante bilang sekolah itu melelahkan tapi aku melihat kegembiraan disana.

Kakek dan nenek ikut meributkan hal ini. Berbeda dari yang diharapkan mereka justru kawatir kalau aku ke sekolah. Terlalu kecil itu alasannya disamping ketakutan bahwa aku akan menghadapi kebosanan. Beda persepsi mungkin menjadi penyebabnya. Di benak kakek-nenek sekolah adalah duduk dibelakang meja dengan setumpuk PR. sekolah ada kegiatan yang akan membuat anak makin tertekan dan menjadi jera bila masuk sekolah. Mungkin mereka belum paham bahwa system pendidikan terus berkembangdan disesuaikan dengan kebutuhan anak. Inilah yang harus Ayah Bunda komunikasikan hingga keinginanku untuk sekolah bisa direspon dengan tepat […….]

Continue Reading

You may also like

Antara Udel, Buku, Jalan-jalan Dan Kerupuk

Kalau ditanya apakah hal yang aku sukai, ach…aku kebingungan menjawabnya karena ternyata banyak sekali. Ayah dan bunda benera-benar membebaskanku untuk menyukai apa saja yang aku ingini tanpa mendoktrin ini dan itu. semuanya ditawarkan padaku dan aku mempunyai hak untuk memilih. Tentunya da rambu-rambunya. selama yang aku pilih datau inginkan tidak tepat atau membahayakan. Ayah dan Bunda akan cukup tegas bilang “TIdak”. Pun sama halnya bila aku ditanya apa yang aku takuti. Aku tidak bisa menjawab spesifik. Karena utamanya ayah sanagt tidak suka bisa aku ditakut-takuti dengan berbagai hal yang tidak masuk akal. Entah itu binatang, benda-banda tertentu, kesendirian, apalagi setan. Hal ini membuatku cukup berani dengan hewan apapun kalaupun aku takut karena aku bisa menilainya entah karena binatang itu jorok atau aku geli memegangnya. Terhadap gelappun demikian. Mungkin yang agak aku takutkan adalah orang asing terutama lelaki. hahahaha entah aku mau bilang apa soal ini. Kembali ke soal kesukaan ternyata ada yang benar-benar aku sukai hingga hampir tiap hari aku tak bisa melewatkannya, Yaitu:

UDEL:

Jadi malu aku kalau bercerita, Kebiasaanku memegang udel akan muncul saat aku mikcu (mimik susu) atau nenen. Mulanya bukan udel yang aku pegang, tapi janggut Ayah atau bunda. Setelah satu tahun karena lebih didik mandiri maka kesukaan itu turun ke udel. Parahnya aku tidak hanya suka mengelus tapi juga menarik-narik. Aku sangat geram kalau bajuku tak bisa dibuka saat ritual itu akan kumulai. Padahal Bunda yang sangat cerewet soal ini, beliau kawatir aku masuk angin karena sepanjang malam aku akan menyibakkan baju tidur sampai terangkat separuh perut. Dan kekawatiran lain yaitu takutnya aku akan bodong karena udelku selalu kutarik… hah segitunyakah?

[……..]

Continue Reading

You may also like