Sophie Di 3 Tahunnya

Catatan Ayah (1)

By Be samyono (03032011-19.10)

Baby kecil itu seakan bermetamorfosa.  Si kecil yang tembluk, menggemaskan menjadi sosok kecil yang tahu apa maunya, banyak bicara dan amat menggemari musik.  Bukan sesekali saya terbawa emosi untuk bisa merasakan masa-masa menggendong dia dan menggodanya, atau membawanya jalan serta mendandaninya. Tak terasa waktu itu telah berjalan 3 tahun ini. Saya sangat merindukannya.

Terselip rasa sesal bahwa saya tidak bisa secara konsisten untuk terus menuliskan fase-fase perkembangannya.  Menuliskan hal kecil kesehariannya yang akan menjadi kado indah saat dia belum mampu mengingat masa kecilnya nanti.  Setahun kefakuman tentunya banyak hal yang terjadi dan patut untuk diingat.  Sayangnya semua terlewatkan, satu-satunya hiburan banyak photo yang tersimpan.  Moga itu bisa bercerita banyak untuknya kelak.

Keberadaan Sophie menjadi pelajaran berharga bagi saya dan Bunda mengenai apa arti cinta dan merawat titipan.  Bagi saya, keberadaannya merupakan terima kasih dan kepercayaan karena Allah menitipkan dirinya di asuhan kami.  Tak putus harapan dan upaya untuk menjadikan dirinya sesuai apa yang dia ingin. Menjadikan dia sebagai pribadi yang mandiri dan bijak untuk pijakan hidupnya.

Di jeda saya mengingat setahun kebelakang, tidak sedikit peristiwa yang saya harus garis bawahi.  Saat manis, indah, menakjubkan juga sedih.  Saat-saat hal kecil terjadi dan menjadi pengikat kebersamaan kami.

PELAJARAN BAGI SEORANG AYAH

Saya akui banyak hal yang saya harus perbaiki sebagai ayah. Mungkin saya sudah melakukan semua hal untuk Sophie.  Namun saya belum bisa membantunya menceboki kala buang air besar atau membantu bundanya saat Sophie muntah.  Saya menyerah untuk dua hal itu.  Namun sepertinya semua ada saat pertama.  Kala hanya kami berdua dan Sophie harus BAB tak ada pilihan lain kecuali membantunya.  Ditengah semua campur aduk perasaan yang tertinggal Cuma lega karena proses awal ini tak lagi menjadi beban saat kejadian yang sama berulang.

Justru hal yang membekas adalah pendapat bahwa anak adalah pribadi yang unik dan perkembanganya tidak selalu bisa disamakan dengan garis lurus.  Tidaklah tepat mendidik anak yang berbeda dengan  cara yang sama itulah yang saya pelajari.  Anak membutuhkan sentuhan dan penalaran yang berbeda tiap individunya.  Pemahaman kita akan perbedaan ini akan membawa kita pada pemahaman akan arti kelebihan dan kelemahan yang dimiliki masing-masing anak.  Sama halnya dengan kenyataan yang saya hadapi ternyata perkembangan anak tidaklah selalu maju dan lurus, kadangkala berbelok bahkan mengalami kemunduran.  Sebelumnya saya melihat hal ini sebagai kegagalan dalam mendidik.  Tapi ternyata saya keliru.  Ada kalanya anak mempunyai fase-fase yang memang harus kita mengerti.  Pemahaman akan membawa kita pada upaya untuk selalu memotivasi anak untuk kembali maju dan berada di tracknya yang benar.  Tidak malah mengintimidasinya dan membuat perbandingan hingga melemahkan kepercayaan dirinya.

Hal ini dialami Sophie.  Cengeng itulah salah satu kemundurannya.  Saya hampir frustasi melihat makin lemahnya kepercayaan diri dan kemandirian dia.  Bunda mengingatkan saya akan fase itu dan kami mencoba untuk selalu menanggapi kecengengannya dengan bijak.  Pun meminta keluarga besar untuk lebih memberi dukungan positif saat sifat ini muncul.  Sejauh ini upaya ini nampaknya berhasil.  Pun demikian juga dengan kemunduran lainnya.  Kuncinya selalu mencari upaya dan metode yang tepat untuk mengantisipasinya dan kembali kepemahaman bahwa tiap anak adalah unik.

AKTIF SEKOLAH

Sekolah adalah obsesi dan mau Sophie.  Akhirnya Juli 2010 dia resmi menjadi murid toddler Al Azhar Kemandoran.  Menyenangkan melihat semangat dan antusias dia sekolah dan les nari disekolah.  Dibalik semangat sekolah dan kepribadiannya yang rame saya tidak menyangka bahwa ternyata Sophie amat pendiam dan pasif di sekolah.  Informasi dari guru mengatakan bahwa memang beginilah perilaku anak-anak toddler.  Mereka biasanya diam dan memperhatikan, sisanya akan merealisasikannya dirumah.  Sophie demikian namun saya tak sepenuhnya percaya dengan ini.  Saya berpendapat Sophie kurang mampu untuk berinteraksi dengan teman sebaya.  Utamanya mereka yang belum mampu untuk berbicara lancar.   Kebanyakan lingkungannya adalah anak besar atau orang tua yng bisa memacu daya bicaranya.  Selain itu sikapnya yang analitikal dan pemalu memberi hambatan lain dalam interaksi ini.  Tak ada kata lain selalu berpesan padanya untuk enjoy dan menikmati lingkungan barunya.  Dan tak perlu waktu lama.  Sophie sudah membuktikannya dengan 1 piala pertamanya yang dibawa pulang!  Tidak itu saja dia juga menjadi role model bagi teman-temannya atas  keberanian dan kemandiriannya di kelas.  Ini sangat membanggakan ayah bunda.

Keasyikan Sekolah bagi Sophie juga merupakan keasyikan menjemput sekolah bagi papa koko di hari hari tertentu.  Jum’at biasanya merupakan hari menyenangkan bagi Sophie untuk jalan sepulang Sekolah ke tempat yang sepele, apalagi kalau tidak ke Carefour ITC permata hijau.  Di tempat yang lumayan dekat dengan sekolahnya ini dia biasa ke game zone sebentar dan pulang dengan membawa makanan kesukaaanya: HOKA-HOKA BENTO!

[bersambung]

Please follow and like us:
Facebooktwitterredditpinterestlinkedinmail

You may also like

3 comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *