Rahasia 7 Tahun MHI Tennis

Tujuh tahun, usia yang teramat muda untuk seorang anak.  Namun tidak demikian untuk sebuah komunitas. Tujuh tahun berada dalam masa fluktuatif, pembelajaran dan juga pencapaian merupakan perjalanan panjang yang mestinya patut di syukuri.  Meletakkan rasa terima kasih pada banyak hal dan pihak hingga membuat komunitas ini masih bertahan dan menunjukkan eksistensinya.  Banyak yang terheran bahwa komunitas ini masih mampu menebarkan eksistensinya hingga hitungan ke tujuh tahun ini.  Bila ini di tanyakan ke saya. Saya hanya bisa tersenyum dan memikirkan.  Membawanya kerumah dan menuliskannya beberapa rahasia yang nantinya bukan rahasia lagi untuk dibahas.

KOMUNITAS = PERUSAHAAN

Komunitas bukanlah perusahaan.  Itu pasti.  Tak adanya hak dan kewajiban antar atasan dan bawahan membuat korelasi antar member di dalamnya menjadi sangat cair.  Kondisi ini tentunya memudahkan orang datang dan pergi serta rentan adanya satu loyalitas.  Pengalaman mengajarkan meski komunitas bukanlah perusahaan namun ternyata pembelajaran dalam mengelola usaha sama esensinya dengan mengelola komunitas [……..]

Continue Reading

You may also like

Tanjung Pinang Bukanlah Pangkal Pinang

Sesaat sebelum boarding dengan pesawat Sriwijaya Air awal September lalu di terminal 1 Bandara Sutta saya sempat kecewa.  Saya memikirkan Pangkal Pinang saat saya menerima kesempatan mengajar kali ini.  Saya bayangkan setidaknya saya akan bertemu dengan pantai berpasir putih dan gugusan bebatuan koral yang menjulang.  Persis gambaran film laskar pelangi yang fenomenal itu.  Bahkan bila mungkin saya akan ekstent untuk sekedar mengeksplore kota ini hingga Bangka dan Belitung.  Saya Salah besar.  Di Tiket yang diberikan organizer tercantum Tanjung Pinang bukan PANGKAL PINANG!.

Tak hanya kepanikan karena saya akan menuju tempat asing tapi juga kekecewaan karena peralatan pantai yang telah saya bawa sepertinya akan sia-sia.  Keterkejutan saya bertambah karena ternyata Tanjung Pinang adalah kota kecil di Pulau Bintan yang terletak di sebelah Batam. Kalau begini ceritanya mungkin hal lain yang saya bawa.  Passport misalnya, setidaknya saya bisa melarikan diri ke Singapura.  Panggilan Boarding kini malah terdengar bagaikan satu ejekan atas keteledoran saya [………]

Continue Reading

You may also like

Belum Ada Kata Jaya di Jayapura

Lima tahun lalu saat saya berkesempatan untuk mengunjungi propinsi paling barat Indonesia, Nangro Aceh Darusallam.  Perasaan saya begitu girang dan tak sabar hari itu datang.  Cerita tentang ketakjuban serambi mekkah ini layaknya dongeng di telinga saya.  Terlebih saat itu baru genap 1 tahun propinsi di ujung barat ini bangkit dari peristiwa tsunami yang berkategori bencana dunia. Suatu kesempatan luar biasa bisa mengunjungi propinsi paling ujung timur ini.  April tahun lalu kesempatan tak diduga datang untuk mengunjungi propinsi paling timur Negeri ini, Papua.  Meski sama-sama untuk urusan kerja namun ternyata perasaan saya tak sama saat menerima tawaran ini.  Meskipun Bunda Sophie yang telah 2 kali kesana dan selalu memaparkan keindahan propinsi ini namun perjalanan udara selama 8 jam membuat nyali saya mengecil.

Saya bisa jadi termasuk orang yang suka jalan, penikmat keindahan terutama laut dan landscape kota.  Saya bisa merelakan apapun untuk sekedar bisa jalan.  Satu bakat yang terlihat menurun pada anak kami.  Namun bila dihadapkan dengan perjalanan udara, tunggu dulu.  Perjalanan ke Jogja atau Singapura selama 1,5 jam sudah terasa begitu lama dan mengerikan.  Apalagi 8 jam, di waktu malam!.  Saya seperti kehilangan selera untuk kepergian ini. Tak kurang akal Bunda Sophie memberikan pil kina untuk jaga-jaga terhadap malaria serta antimo.  Ide yang bagus, pikir saya.  Saya tidak pernah mabuk perjalanan namun antimo ini saya rasa akan bisa menyenyakkan saya selama perjalanan. […….]

Continue Reading

You may also like

Matah Ati: Langendriyan Yang Dibesut Ala Broadway

Siapa bilang kesenian tradisional Indonesia tidak mempunyai opera? Langendriyan adalah buktinya.  Seni berpakem jawa ini memadukan tari dengan nyayian / tembang dalam satu pertunjukan.  Dan ditangan Atilah Suryajaya warga turunan kraton Mangkunegaran Solo ini membesut episode opera jawa kuno langendriyan menjadi tontonan apik yang dibawa pada konteks kekinian.  Konsep yang harus ditampilkan untuk menyelipkan budaya lama ini pada era apresiasi budaya yang mulai pudar.

Memadukan sendratari, ketoprak, tari klasik dan pagelaran wayang kulit yang digarap selama 2 tahun terciptalah Matah Ati.  Seni kolosal yang pertama digelar di Explanade Singapura Nopember lalu bertepatan dengan pesta budaya Asia Tenggara.  Pertunjukan berdurasi 2,5 jam ini tak saja memperoleh sambutan yang gempita namun juga apresiasi yang bertubi akan kreatifitas menjadikan seni pertunjukan tradisional sejajar dengan pentas broadway si orang bule.  Tak salah bila Atila berupaya memboyong pertunjukan ini untuk di tonton di negrinya sendiri.  6 bulan berselang  barulah anak negri bisa melihat pertunjukan tradisional mereka di TIM yang terjadwal bulan ini selama 4 hari berturut-turut. [……]

Continue Reading

You may also like