Sophia: Blowing Her 6th Candle

Sophia sepertinya bukan lagi si kecil yang suka berceloteh dan menyanyi dengan suara pelat bukan pula si anak yang tidak percaya diri ataupun si kecil yang bisa berayun ayun di pelukan saya.  Usianya telah 6 tahun awal tahun ini.  Padahal seakan saya baru menemuinya kemarin saat dia hadir diantara kami, dengan tangisnya dan dengan kepintarannya nenen di hari pertama kelahirannya.  Masa itu seakan begitu cepat dan kini saya melihatnya tumbuh dalam kecakapan dan kehebatan yang ada di dirinya.  Dia telah membuat kami bangga dengan budi pekerti dan prestasinya.

[…….]

Continue Reading

You may also like

SophiaIlona: Ivory & Ebony

Berbeda itulah yang semakin saya sadari bila melihat sosok dua gadis mungil saya Sophia dan Ilona. Memang seharusnya begitu.  Tidak ada anak yang sama.  Bila ada saya yakin itu hanyalah keinginan orang tua semata.  Keinginan untuk tetap berada pada zona nyaman. Sama seperti keinginan saya sebelum Ilona lahir.  Keinginan karena kekawatiran tidak bisa menerima satu perbedaan, kekawatiran bahwa sulit memberika perlakuan adil terhadap mereka.  Dan ternyata begitu semua ini berjalan, kekawatiran itu pupus juga.  Karena kekawatiran ini muncul bila saya terfokus pada perbedaan mereka, bukan pada kehebatan dan kelebihan yang mereka punya.

Telinga saya tergolong tipis bila mendengarkan betapa banyak saudara dan rekan yang selalu mengangkat topik perbedaan ini.  Meski perbincangan ini membawa kesenangan, namun akanlah sesaat.  Sisanya akan menjadi ajang persaingan dan olokan bagi yang dibandingkan. Satu masa yang tidak adil.  Saya lebih suka mereka ditunjukkan kelebihan yang mereka punyai untuk bisa dikembangkan menjadi satu kekuatan diri.  Juga, di perlihatkan kelemahan mereka untuk bisa saling di bantu dan dijaga.  Mereka adalah team.  Team yang hebat adalah yang bisa saling berkolaborasi bukan saling menggali jurang perbedaan diantara mereka.[…….]

Continue Reading

You may also like

Tahun Baru = Kehidupan Baru?

Saya selalu berfikir bahwa waktu tak bisa dihentikan. Dia berlari.  Dia selalu mampu membuat kita terperanjat betapa banyak yang belum kita kerjakan diwaktu lampau. Dia selalu membuat kita menyesal.  Dan dia yang membuat kehidupan menjadi sama berlarinya.  Namun siapa sangka bahwa waktu dan kehidupan mampu dihentikan.  Bukanlah oleh sesuatu yang besar namun hanya oleh sesosok, seorang ANAK!

HIDUP YANG BERHENTI

Satu berkah yang harus saya syukuri.  Di ujung tahun baru ini kehidupan saya telah digenapi.  Sophia akan berulang tahun ke 5 diawal bulan dan Ilona tepat 3 minggu usianya. Saya ingin merayakan keberkahan ini bersama keluarga kecil saya dirumah sendiri.  Mengingat selama ada baby, orang tua kami ingin agar mereka dilibatkan dalam mengasuh hingga kami tinggal di rumah mereka selama weekday.  Saya bayangkan akan merupakan hal yang indah bisa menikmati kebersamaan kecil kami. Di rumah sendiri! […….]

Continue Reading

You may also like

Sam’s Angels

Saya belumlah genap 40 namun “life begin at 40’s” rasanya cukup saya angguki mulai terjadi pada saya.  8 Desember 2012 lalu kehidupan perkawinan saya di genapi dengan hadirnya 1 bidadari kecil yang saya sematkan dengan nama “Pinastikha Ilona Arhimbi”.  Terhitung telah ada 3 bidadari cantik di sekitar saya: Bunda, Sophia dan Ilona.  Antara gembira khawatir dan keluapan harapan saya rasakan sedemikian hebat.  Entah saya merasa dihadapkan pada satu kondisi bahwa saya harus cukup matur dan bijak membawa peran saya.  Menerima titipan ini dengan tanggung jawab dan membekali mereka dengan bekal keilmuan maupun hal moralitas.  Sepertinya saya layaknya Charlie di film charlie’s angels, selalu menanti sapaan angels saya setiap hari, “Good morning, Ayah Sam”

ANGEL KE 3:

Kebersamaan 5 tahun bersama Sophia menggoreskan hal indah dan rasa syukur.  Seakan saya pribadi merasa tidak yakin akan bisa membagi kasih sayang penuh kami kepada adiknya nanti.  Untuk itulah perlu tahun untuk memberikan kepastian bahwa dia cukup bisa menerima kondisi akan berbagi kasih sayang dengan kehadiran seorang adek.  Mungkin juga ini terjadi karena latar belakang saya yang tunggal dalam keluarga.  Begitu dia bisa memahami arti keberadaan seorang adek kamipun merasa siap memberikan.[…..]

Continue Reading

You may also like