By Be Samyono (02072013-15.58)
Berbeda itulah yang semakin saya sadari bila melihat sosok dua gadis mungil saya Sophia dan Ilona. Memang seharusnya begitu. Tidak ada anak yang sama. Bila ada saya yakin itu hanyalah keinginan orang tua semata. Keinginan untuk tetap berada pada zona nyaman. Sama seperti keinginan saya sebelum Ilona lahir. Keinginan karena kekawatiran tidak bisa menerima satu perbedaan, kekawatiran bahwa sulit memberika perlakuan adil terhadap mereka. Dan ternyata begitu semua ini berjalan, kekawatiran itu pupus juga. Karena kekawatiran ini muncul bila saya terfokus pada perbedaan mereka, bukan pada kehebatan dan kelebihan yang mereka punya.
Telinga saya tergolong tipis bila mendengarkan betapa banyak saudara dan rekan yang selalu mengangkat topik perbedaan ini. Meski perbincangan ini membawa kesenangan, namun akanlah sesaat. Sisanya akan menjadi ajang persaingan dan olokan bagi yang dibandingkan. Satu masa yang tidak adil. Saya lebih suka mereka ditunjukkan kelebihan yang mereka punyai untuk bisa dikembangkan menjadi satu kekuatan diri. Juga, di perlihatkan kelemahan mereka untuk bisa saling di bantu dan dijaga. Mereka adalah team. Team yang hebat adalah yang bisa saling berkolaborasi bukan saling menggali jurang perbedaan diantara mereka.
Saya bersyukur Sophia dan Ilona tumbuh menjadi sosok yang saling melengkapi. Leganya melihat bagaimana Sophia peduli dan bisa menyenangkan adiknya sementara Ilona tahu bagaimana bermain dengan kakaknya. Tak ada yang bisa membuat Ilona tertawa terpingkal selain ulah yang ditunjukkan kakaknya. Dan melihat mereka nyata saya melihat miniatur diri saya dan bundanya yang tercermin dalam fisik juga tingkah polah mereka. Itu satu rahmat yang tidak bisa saya pungkiri.
SOPHIA
Gadis kecil Sophia kini telah berusia 5,5 tahun. Berperawakan kurus seperti Bundanya dengan sorot mata tajam dan warna kulit gelap seperti saya. Menyandang nama Ambalika sepertinya sangat tepat baginya. Bagai sosok putri pewayangan, Sophia sangat bijak dan pengertian sekaligus peduli dengan banyak orang. Pembawaannya yang feminim dan sangat sensistive melengkapi kepribadiannya. Bagi kami Sophia adalah satu kemudahan. Dia anak yang cerdas dengan berbagai prestasi berpiala dan mudah untuk didik. Hari hari kami selalu terisi dengan celotehnya yang tiada henti atau bila tidak digelontornya kami dengan berbagai hasil pekerjaan tangannya yang tak terputus.
Diluar Sophia lebih mengambil peran sebagai seoarang penganalisis. Kepercayaan dirinya tidaklah besar meski jelas dia mampu untuk berbuat banyak dengan melebihi standart. Dia lebih suka mengamati dan pada akhirnya melakukan, menirukan bahkan mengomentari sesuatu dengan sangat sempurna. Pertimbangannya amat dalam dan lama. Bahkan untuk sekedar memilih baju nya sendiri sekalipun. Dan merupakan anak yang konsisten dengan keinginannya. Kemampuan membaca arab dan latin tak diragukan buat Sophia di usianya sekarang. Di sekolah cukup berprestasi dengan berbagai pialanya dan kami selalu mendorong agar dia bisa menjadi dirinya sendiri, mandiri dan berani.
ILONA
Lahir dengan berat lebih ringan dari kakaknya ternyata di usianya yang ke 7 Bulan ini perkembangannya lebih cepat 2 bulan dari kakaknya. Beratnya kini 7 kg lebih merupakan berat kakaknya diusia 9 bulan. Demikian juga dengan perkembangan motoriknya. Ilona bukanlah bayi yang sweet. Meski sangat cubby, putih dan menggemaskan. Ilona lebih pada baby yang aktif, kuat dan dukungan motorik yang sangat cepat. Kemauannya banyak dan dia tahu untuk mengekspresikannya melalui tangisnya. Dia sangat keras. Namun kekerasannya seperti magnet bagi banyak orang untuk selalu merindukannya.
Tampilannya yang montok, berambut panjang dan ocehannya yang tidak henti membuat Ilona sosok yang harus merelakan pipinya habis dicubit banyak orang. Dia sangat tahu dan konsisten antara yang dia suka atau tidak. Bahkan tahu bagaimana untuk menolaknya. Benar kata kakek, nama Arimbi yang merupakan gambaran tokoh pewayangan Satria Putri amat sangat terefleksikan pada dirinya. Saya merasa dia mempunyai kepemimpinan yang kuat.
SOPHIAILONA
Sepertinya Sophia lebih dominan memiliki tampilan fisik seperti bundanya dan looking seperti saya, dengan perilaku yang sangat humble dan ramah seperti bundanya namun dengan pemikiran yang saya sekali. Sementara Ilona mewarisi tampilan fisik yang curve seperti saya dan looking putih seperti bundanya. Dipadu dengan perilaku yang sangat emosional seperti saya dan pemikiran cuek seperti bundanya. Tuhan telah memberikan masing masing kelebihan dan kekurangan pada keduanya untuk saling melengkapi melalui kami sebagai kunci kombinasinya.
Seperti Ebony & Ivory pada sebuah tuts piano saya berharap keduanya dapat selaras memperdengarkan suara-suara mereka dalam satu keharmonisan yang mampu memberi inspirasi yang menyuarakan kebajikan dan pembaharuan. Pada akhirnya tentu akan ada yang menanyakan. apakah saya ayah yang sempurna? entahlah apakah ada kesempurnaan di dunia ini, demikian juga untuk sebutan kesempurnaan bagi seorang ayah.
Namun yang lebih penting adalah, saya akan tetap memberi cinta kepada mereka. Tidak hanya karena tanggung jawab semata tapi ini merupakan pilihan yang telah saya ambil.
1 comment
We love them as they are. Pray all the best for my lovely daughters Amin