Saya & MHI Tennis

Hari ini 9 januari, hujan taklah datang, mendungpun tidak meradang, sama seperti yang terjadi enam tahun lalu … di hari minggu satu jam lebih awal. Saya sampai lebih dahulu ke lapangan tenis.  Meski tidak datang di lapangan yang sama dan bermain dengan rekan-rekan yang serupa namun saya mempunyai semangat yang sama seperti yang saya miliki kala itu.  Semangat yang membuat saya tetap mencintai olah raga ini dan semangat yang membakar keteguhan saya untuk tetap berjalan bersama MHI Tennis semampu yang saya bisa.  Satu semangat yang sandarkan pada alasan yang cukup sederhana.  Apalagi kalau bukan karena MHI tennis adalah rumah yang kami berlima bangun dari mula. Dan saya selalu percaya pada rumah ini. Atapnya akan selalu bisa menjadi peneduh dan ruangnya akan bisa menjadi wadah berkiprah bagi orang2 yang punya hasrat dan kecintaan pada tennis seperti kami.

Kesadaran saya yang terdalam berucap syukur bahwa banyak hal yang bisa saya pelajari selama kebersamaan dengan MHI tennis.  Pembelajaran akan nilai hidup maupun pembelajaran mengenai kepemimpinan dan manajerial.  Mencengangkan karena semula logika saya tidak cukup paham untuk mengamini bahwa banyak pelajaran yang berharga di komunitas ini.  Namun perjalanan selama 6 tahun ini membuktikan.  Tidak ada kesia-siaan […….]

Continue Reading

You may also like

Sebuah Hukuman dari Sophie (Catatan Ayah)

Tak ada yang lebih menyakitkan selain menghadapi rasa penolakan seorang anak. Saya tidak pernah membayangkan bila Sophie bisa melakukannya sedini ini. Saya dan Bundanya mencoba memahami kondisi yang tengah terjadi, mencoba tak membebankan kesalahan namun segera berupaya mencari solusi. Keyakinan kami cukup sederhana. Tak ada permasalahan yang tidak bisa dipecahkan. Itu saja. Dan lebih jelasnya kami tak ingin terlambat dan memdapat rasa bersalah yang akan kami tuai nantinya.

Tak disangka bulan Maret ini jadwal saya dan jadwal Bunda begitu padat. Beberapa kali kami tak bisa pulang tepat waktu. Kadang larut dan seringkali tiba disaat Sophie sudah tidur. Meskipun ada waktu 2 jam dipagi hari untuk bersamanya namun sepertinya tetap ada waktu kebersamaan yang kurang. Waktu sabtu minggu biasanya kami coba memaksimalkan kebersamaan dengan dirinya, sebagai waktu kompensasi. Mengajaknya main atau pergi yang memang khusus untuk dirinya. Harapannya Sophie bisa melihat kondisi ini lebih proporsional dan dia sama sekali tidak merasa di nomor duakan dibandingkan pekerjaaan kami. Karena kami telah mengajarkan pengertian kenapa kami harus meninggalkannya dan bekerja. Kembali ternyata semua ini belumlah cukup [……..]

Continue Reading

You may also like

Keteguhan Sebuah Niat

Perhelatan program “Berbagi Kasih” bersama MHI Tennis telah usai. Penyerahan donasi yang dibarengin dengan acara penanda 5 tahun MHI tennispun telah selesai. Demikian juga dengan pengiriman pertanggungjawaban atas donasi dan sponsorship telah di penuhi. Bila dikata cukup singkat program ini disiapkan dan berjalan. Seminggu untuk persiapan dan selebihnya 3 minggu untuk pelaksanaan. Tak ada kata selain ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus pada rekan se-team, rekan MHI donatur, sponsor serta supporter atas kolaborasi dan bantuannya dalam bentuk apapun. Tak ada kontribusi yang tidak konstruktif tak ada pula bantuan yang tak membangun. Saya pribadi yakin sekecil apapun bantuan yang diberikan saling tertaut dan memberikan makna dalam program ini.

Pemakluman saya sedemikian lebar akan kepesimisan berbagai pihak merujuk pada hasil maksimal program ini nantinya mengacu pada keterbatasan waktu serta pengalaman dalam mengelola acara semacam ini. Namun saya dan beberapa rekan tetap berambisi untuk membuktikan bahwa masih banyak kepedulian yang dipunyai oleh sebagian besar teman-teman MHI Tennis. Bukan keinginan untuk jumawa tapi pembuktian bahwa pasti ada jalan untuk sebuah niat tulus dalam berbagi kepada sesama. Jujur ketika kami menawarkan keinginan untuk membantu Panti asuhan Kampung Melayu tak ada yang kami punya kecuali 200% ketulusan dan keiklasan untuk menyisihkan waktu dan tenaga untuk program acara ini.[…….]

Continue Reading

You may also like

Reuni Offline

Setelah lebaran kemarin begitu banyak photo rekan-rekan jaman SMA maupun Kuliah yang bertebaran di Facebook dalam acara reuni. Komentarpun saling menimpali mulai dari pernyataan mengenai perubahan dalam 15-20 tahunan yang terjadi hingga candaan ala kebersamaan tempo doeloe. Tidak itu saja. ketakjuban, keheranan dan rasa kangenpun campur aduk menciptakan canda dan rasa terima kasih. Sayang aku tak ada di semua event itu, aku hanya bisa terbatas mengomentari sekaligus menerima kritikan kenapa justru tidak datang di acara yang aku sendiri usulkan. Nah!

Kekuatan Facebook memang luar biasa, karenanyalah dalam kurang dari 2 bulan sebagian besar teman seangkatan di SMA 1 Magetan dan semua teman seangkatan Arsitektur Petra kembali bertemu. Reuni online-pun terjadi dengan saling bergosip dan mengaduk-aduk ingatan lama saat jaman bersama sekaligus perburuan mencari temen-teman yang hilang. Groups dan Fansbookpun segera dibuat untuk mewadahi semua teman yang mulai terberai. Waktu seakan kembali berputar bagai baru kemarin semua itu terjadi. Dan sedetik kemudian bagai tersentak betapa waktu itu semua hampir terkubur dan betapa berubahnya kami kini. Tak hanya fisik yang mulai berkerut dan melebar kesamping, kehidupan kamipun sudah tak banyak yang sendiri, berkeluarga dan mempunyai junior.

[…….]

Continue Reading

You may also like