Air Mata Kerja Keras

Be Samyono [02.08.2022-19.00]

Seperti cabang olah raga lain keberhasilan menjadi atlet berawal dari ketekunan, kegigihan dan membangun mental selama proses latihan. Gymnastic bukanlah sekedar olah raga cantik. Pernahkah kita tahu bagaimana proses yang mereka jalani? Ternyata tak hanya ujian mental karena ditempa latihan yang keras. Namun juga secara fisik harus menjaga berat tubuh, kelenturan sekaligus kekuatan. Tak heran bila air mata sering tumpah di sesi latihan, dan tangispun sering pecah. Lalu bagaimana Ilona menjalaninya? seseram itukah?

Kondisi pandemik yang mengantar Ilona sebagai Gymnast yang paling bontot di Club. Wajar bila dia terpisah latihannya dengan kakak tingkatnya yang kesemuanya mempunyai level diatas dia. Mungkin bisa dibilang keuntungan karena dia seringkali menjalani sesi latihan sendiri. Serasa private. Namun bisa dibayangkan bukan bahwa stamina dan fokusnya yang tak bisa kendor karena tidak gantian dengan teman lain. Namun juga bila ada kesalahan gerak dia akan menjadi fokus kedisiplinan (baca: omelan coach-nya). Hadeh ini sebenarnya yang membuat saya sebagai orang tua kadang tidak tega. Bayangkan seumur umur ayah bundanya tak pernah mendisiplinkan sekeras itu tiba tiba coachnya yang melakukan. Baperlah tak terhingga bila gak tahan. Terlebih bila ada teman latihannya yang mulai nangis.

Ilona dan kami sebagai orang tunya paham kondisi itu dan diawal sudah ada komitmen dari Ilona untuk siap menjalaninya. Sejauh ini tindakan kooperatif kami sebagai orang tua adalah mempercayakan pelatihan pada si ahli dalam ini coachnya. Dan lebih sering kami tidak menunggui di dalam ruang saat latihan selain agar konduksif bagi si anak dan kamipun mencoba menghindari kebaperan. Sementara Ilona cukup kooperatif. daya tahan mentalnya cukup kuat menghadapi kedisiplinan dari coachnya sampe coachnya heran. (mungkin coachnya gak tahu kalau bapaknya lebih galak kali hahaha). sebenernya sederhana saja kenapa proses ini orang tua tak boleh baper. bagaimanapun menjadi juara yang diperlukan adalah mental dan ketidakputus asaan. Anak harus dibentuk kedisiplinan dan mentalnya sejak dini. Jadi ini adalah proses yang wajar.

Namun minggu kemarin saya sempat panik karena Tiba-tiba ada seorang ibu yang menginformasikan bahwa Ilona menangis saat latihan dan dia tak tega melihatnya. Kepanikan saya cukup beralasan karena selama ini tak ada omelan coachnya yang bisa membuatnya nangis. kalaupun ini terjadi pasti luar biasa. Sampai dirumahpun coba saya cari tahu. diluar dugaan saya Ilona menolak menjelaskan dan hanya bilang menghindar, “sudahlah ayah lupakanlah, aku tak ingin mengingatnya”. Seperti biasa dia memaknai kecengenagan di tempat latihan adalah suatu aib.  Makin penasaran saya dengan jawaban ini. Tak patah arang saya berusaha kepo. Hingga muncul jawaban. “tadi khan bukan sesi latihan tapi Fleksibility!” . baiklah saya menangkap maksudnya. dia menagis bukan karena tidak tahan omelan pelatih tapi karena tak kuat menahan sakit saat badannya dipaksa untuk fleksiblel dan lentur saat split atau gerakan lain. 

Ahhhh dalam hati cukup kasihan juga melihat jalan yang dia pilih. Tapi melihat wajahnya yang optimis dan pantang menyerah… membuat saya hanya berusaha untuk selalu bisa menyemangati dan menyematkan doa penguatan di pundaknya. 

semangat Ilona!

Please follow and like us:
Facebooktwitterredditpinterestlinkedinmail

You may also like