By Be Samyono (27032009.20.03)
Bisa dikatakan tennis hanyalah sebuah hoby. Sayangnya permainan ini tidak memungkinkan bagi saya untuk memainkannya sendiri. Harus ada teman. Dan memang itulah yang membuat terasa fun. Meski bila dihitung kini hampir 5 tahun usia Komunitas MHI tennis, namun masih terasa seperti kemarin saja keinginan saya untuk bisa main tenis bisa terlengkapi dengan hadirnya 5 teman main pertama saya. Masih melekat diingatan, waktu itu semuanya sangat
sederhana dan mudah. Kami berlima terkumpul dari milis majalah menshealth, saling bantu mencari lapangan, dapat dan langsung bermain. Se-simple itu. Tak ada hal ribet lain yang harus dipikirkan kecuali bermain. Karena bagaimanapun kami satu hampir satu level permainan dan tak ada masalah administrasi yang dibebankan kecuali iuran per quarter. Hal itu berlangsung hingga 3 bulan kemudian, kami hanya berfikir untuk bisa datang dan bermain itu saja.
Ketika kami pada akhirnya membuka diri dengan mengundang rekan-rekan lain untuk bergabung hingga waktu berjalan 3 tahun berikutnya. Kami masih berfikir sederhana untuk menjalani ini semua. maunya hanya datang dan bermain kami masih mengelola komunitas ini dengan mengetengahkan pertemanan yang kental meski pada akhirnya kami sendiri yang harus babak belur menanggung akibatnya. Tak dipungkiri kondisi ini justru menciptakan ketidak disiplinan yang merembet pada terpuruknya komunitas. Bahkan kami hanya tinggal 5 orang yang masih bertahan dari 24 orang yang biasanya hadir. Kondisi sedemikian parah hingga mau tak mau kami harus membuat keputusan dan tidak berfikir sederhana lagi.
Sayapun masih ingat kepindahan ke lapangan Patra adalah moment awal perubahan tersebut. Disepakati bahwa MHI tennis harus dikelola dengan satu manajemen. Yang artinya ada aturan permainan bagi para anggotanya dan berbagai hal yang tentunya ini sangat jauh bila dikatakan sederhana. Alasan perubahan ini tak lain karena kami ingin meletakkan MHI Tennis pada pijakannya semula, pada motto FUN, FRIENDLY & HEALTHY. Pijakan ini memberi penegasan bahwa MHI Tennis mempunyai keanggotaan yang terbuka tidak memandang latar belakang ataupun level permainannya. Siapapun diperkenankan masuk dengan batasan quota jumlah pemain bukan pada skill levellnya. Selain itu ada keinginan MHI TEnnis untuk tetap eksis sebagai satu komunitas bagi pemain dan penggemar tennis. Tentunya mau tak mau semua ini membutuhkan profesionalisme dalam pengelolaannya.
Hampir satu tahun manajemen MHI Tennis berjalan dengan penerapan profesionalisme. Tak hanya kemajuan minor yang didapat namun juga progres mayor seperti bertambahnya keanggotaan dan skill level permainan anggota menjadi satu pencapaian tersendiri. Dibalik kebanggaan saya dan beberapa rekan yang mengendalikan komunitas ini agaknya kembali permasalahan klasik muncul. hal ini sangan memukul terlebih bagi saya yang merupakan satu-satunya founder yang masih bertahan disini. Ini merupakan tantangan berat yang tak hanya harus dihadapi tapi mestinya bisa saling dikomunikasikan.
masalah klasik ini adalah munculnya anggapan bahwa MHI Tennis mengebiri prestasi anggotanya. Kembali ke awal, satu konsekwensi dari terbukanya keanggotaan MHI tennis adalah munculnya HETEROGENITAS yang sangat lebar antar anggota. Keragaman ini bukan hanya terpaku pada hal pokok seperti skill level tapi juga usia serta latar belakang. Hal inilah yang membuat aspirasi dan keinginan anggota semakin beragam utamanya menyoroti masalah skill level permainan. Jalan tengah yang bisa dilakukan koordinator adalah mendesain pelatihan yang sesuai dengan keragaman skill ini ditambah kesempatan diadakannya event pertandingan intern dan ekstern. Mungkin bagi anggota pemula hal ini lebih dari cukup namun berbeda pemikiran bagi yang memiliki kemampuan advance.
MHI tennis tidak mempermasalahkan anggotanya berlatih diluar jadwal latihan resmi dimana saja dengan siapa saja untuk meningkatkan kemampuan level individu bagi yang menginginkannya. Karena kembali MHI Tennis tidak terikat keanggotaannya dan MHI Tennispun menyadari program pelatihan yang ditawarkan tidak bisa terfokus hanya untuk satu level saja. Bila pada akhirnya seleksi alam akan terjadi dimana anggota dengan level advance mengundurkan diri dan membentuk komunitas baru, MHI Tennis sama sekali tidak mempermasalahkan dan justru mendukung. Karena bagaimanapun Segmentasi dan Positioning MHI Tennis telah jelas untuk siapa. Kebanggaan kami justru membubung kami menganggapnya sebagai “alumni” yang telah mampu membentuk komunitas baru sesuai dengan tujuan pelatihannya atau kesamaan level permainannya. Pun tak ada keberatan pula bagi kami jika beberapa anggota kami “dibajak” untuk bergabung di komunitas lain. Karena disisi lain kamipun tak kalah bangga melihat beberapa rekan yang sebelumnya tak mampu bermain tenis dan sulit untuk menemukan komunitas yang bisa membuat mereka bisa bermain kini menunjukkan progres permainan yang patut diacungi jempol.
Terbetik juga keluhan beberapa anggota baru yang menyatakan bahwa banyaknya aturan di MHI Tennis. saya yakin keluhan itu akan sirna bila rekan baru tersebut mau sedikit melihat MHI Tennis dari pandangan yang lebih detail. Menyadari akan keragaman yang ada dalam komunitas yang mau tak mau harus ada aturan untuk mengakomodir semua kepentingan. Saya selalu berusaha untuk menyeimbangkan semua kepentingan dan tentunya kami tidak mau kembali seperti kondisi awal dimana justru kesimpelan menjadi bumerang bagi komunitas. Mungkin kembali kesadaran harus ditumbuhkan bahwa peraturan ini tak lebih dari instrumen agar ada rambu bagi keragaman keinginan dan kepentingan yang ada dalam komunitas ini.
Saya masih punya keyakinan kesimpang siuran diatas hanyalah perbedaan cara pandang belaka. Saya masih meyakini itu adalah buah perhatian dari anggota untuk memberikan yang terbaik pada komunitas. Meski pada akhirnya kembali pada pijakan kita semua itu diletakkan dan diputuskan. Komunitas ini tak ubahnya kini seperti sebuah lokomotif Organisasi profesional yang mempunya cara pandang dan tujuan kedepan. Bisa jadi penumpang didalamnya akan turun dan naik sesuai dengan kenyamanan dan tujuan mereka bermain, apakah sejurusan atau tidak. Namun bagaimanapun itu tidak menyurutkan MHI Tennis untuk berhenti mencapai tujuannya. MHI Tennis akan tetap terus berjalan dan berpijak pada keyakinannya selama ini. Dan selalu berupaya memberi nilai lebih bagi pecinta olahraga ini melalui caranya sendiri.
Seperti pernah seorang rekan senior di MHI tennis mempertanyakan.
“Sam kenapa mengatur MHI tennis sekarang lebih merepotkan daripada dulu ya”
saya hanya bisa menyabarkan dan berdalih.
“Wajarlah kita kini tidak berangkat dari homogenitas anggota. Kita sekarang heterogen”
“Iya ya … yang mainpun tak banyak yang seumuran kita lagi, semakin beregenerasi”
“Kini kita baru menyadari ketuaan kita yah”
“Hahahahaha” rekan saya tersipu.
Saya bisa katakan sistem telah berjalan di komunitas MHI. Tak peduli siapa yang menjalankan dan sampai kapan akan berjalan. Selama sistem tersebut berfungsi dengan baik. Bukan saya atau junior saya yang pada akhirnya menentukan perjalanan MHi Tennis. Tapi MHI Tennis Itu sendiri.





