By Be Samyono (03012007.17.52)
Hari itu, 02 Januari 2008. Waktu masih menunjukkan pukul 07.45. Ibu Dijemput oleh seorang suster RSB. Asih di kamarnya. Ayah agak kaget karena dijadwalkan pukul 09.00 nanti baru akan dilakukan operasi caesar. Namun suster menerangkan ada persiapan operasi yang memakan waktu 1 jam-an. Ayahpun melepas Bunda dengan peluk dan ciuman sembari menyembunyikan betapa lemasnya kaki Ayah saat itu.
Semalam sebelumnya tepatnya, Bunda telah menginap di kamar 1.3 ini dan beberapa kali menjalani pemeriksaaan medis sebelum operasi caesar. Utamanya pemeriksaan jantung yang dilakukan berulang kali. Sementara ayah disibukkan dengan beberapa berkas yang harus diisi dan ditandatangani. Kakek, Nenek, Oom Mumu & Oom Pik yang mengantar malam itu cukup menemani terutama buat Ayah yang ternyata lebih cemas menghadapi pertemuan kami hari ini. Bisa dibayangkan kalau kemarin Ayah sudah cemas apalagi saat ini. Beberapa kali pikiran ayah jadi tak selaras dengan tindakannya dan beberapa kali pula kamar mandi jadi persinggahannya. Ah … Bunda memang lebih hebat. Menghadapi pertemuan ini dengan senyuman.
Saat ini ada 2 keluarga lain yang sama-sama menunggu hasil operasi caesar. Keluarga pertama yang diantarkan oleh berbelas keluarga besarnya telah mendapat kabar akan lahirnya bayi perempuan mereka pukul 8-an tadi. Begitu berserinya mereka membuat Ayah makin cemas. Pukul 08.50 ayah dipanggil masuk ruang operasi. Ayah pikir aku telah lahir. Ternyata Dokter Amru meminta ayah mencium Bunda sebelum operasi dimulai untuk memberi ketenangan. Ayahpun keluar ruang operasi dengan lemas dan pucat. Entah berapa banyak doa yang Ayah ucapkan ditengah riuahnya ruang tunggu karena Kakak Dika juga hadir tak mau diam. Dan Tepat pukul 09.25 Ayahpun dipanggil masuk kembali ke ruang operasi. Menemui aku.
Kutatap wajah Ayah yang penuh ketidakpercayaan ditengah kegembiraan dan harunya saat melihatku. Mata Ayah berkaca saat membacakan adzan & iqomat di kedua telingaku. Kembali Ayah memandangku penuh ketidakpercayaan dan beberapa informasi suster mengenai berat dan panjangku sama sekali luput dari perhatiannya. Aku begitu girang bertemu ayah, badanku aku gerakkan tak mau diam dan tak henti aku mengeluarkan suara. Mestinya ayah tahu saat itu aku memanggilnya dengan bahasa babyku. Tak henti-henti ayah menatapku yang masih tergolek di box pemanas. Dan saat suster meminta ayah keluar ruangan tiba-tiba ayah bilang ke suster.
“Diphoto dulu yah suster!” Aduh ayah!
*******
Di luar ruangan semua keluarga Bunda dan Oom pic memberi selamat sembari menanyakan berat dan panjangku. Dan ayah dengan kebingungan hanya bisa menjawab lupa sambil memamerkan photoku di layar Hp yang menjadi rebutan. Duh senangnya aku saat beberapa jam kemudian aku kembali dipertemukan dengan Bunda untuk kembali belajar nenen. Ayah juga ada. Jadi aku kembali punya photo saat pertama aku nenen deh. Syukurlah baik aku maupun Bunda telah melewati masa ini dengan sehat, lancar dan selamat. Susterpun akhirnya kembali mengulang informasi tadi bahwa beratku 2,85 kg dan panjangku 47 Cm dengan waktu lahir 09.10. Saat suster menyerahkan ari-ariku untuk diurus kakek, suster sempat tanya namaku.
“Kinanthi Sophia Ambalika” mestinya begitu aku segera mengatakannya tapi aku sibuk nenen bunda. Ayah Bunda ingin namaku khas Jawa maka diambillah kata KINANTI yang artinya tembang cinta, AMBALIKA diambil dari nama seorang dewi dalam pewayangan yang menurunkan generasi pandawa sementara SOPHIA mempunyai arti Bijaksana. Jadi kira-kira makna KINANTHI SOPHIA AMBALIKA = putri bijaksana yang menyenandungkan tembang cinta.
Cinta … benar. Cinta Ayah dan bunda!
Photo ada di: Samlens
8 comments
Alow Kinan 🙂
Maaf yaa tante Yaya blm bs nengokin..
salute!!!
no more words sam…
just…keep fighting for your daughter…..
God bless you
wah..selamat dek ya..
Kapan kira2 Evan bisa jenguk Dek Kinanthi?
Oya..di mana alamatnya?