By Be Samyono [19042011-14.14)
Spectacular … begitu benak saya memberi pujian pada icon komplek entertainment baru di Singapore : Marina Bay Sands. Seperti slogan “tak pernah usai”. Singapore terus mengexplore sumberdaya non alaminya untuk menunjukkan peradaban dan memberi surga baru dalam jagat wisata. Marina Bay Sands merupakan icon terpadu antara hotel megah bertopping perahu raksasa: Sands Skypark, art museum berbentuk teratai, casino, Sand Art Parth dan beragam fasilitas perkantoran serta belanja mewah lainnya. Satu icon yang terintegrated dan menyatu dengan icon wisata terdahulu seperti Explanade, fullerton ataupun merlion park. Bagi saya yang bermata “arsitektur” ini merupakan kemanjaan yang memuaskan, terlebih saya berkesempatan untuk menikmati satu dari 2 theater kelas dunia: Sands theater yang mengelar The Lion King Musical Theater.
The Lion King Musical ditampilkan di Sands Theater yang menjadi pusat pertunjukan broadway dan mampu menampung hingga 1.680 orang di dua lantainya. Theater ini lebih kecil dibanding dengan Grand Theater di sebelahnya yang mampu menampung hingga 2.155 orang di 3 lantainya. Sebagai wahana baru theater ini sarat dengan kemewahan tidak saja interiornya namun juga teknologi dan efek digital yang diusungnya. Satu jagad lain yang belum pernah ada di belahan asia tenggara.
“Can You Feel The love To Night” yang menjadi original sound track The Lion King menjadi magnet hingga lebih dari 51 juta orang menontonnya. Dan Singapore mempagelarkan pertama kali saat pembukaan Marina Bay Sand. Karya spektakular yang memenangkan lebih dari 70 penghargaan ini disutradarai oleh Julie Taymor memang pantas mendapat pujian. Selama 2 setengah jam lebih penonton disuguhi imajinasi hutan Afrika dengan karakter Disney yang begitu real dan mengundang decak kagum. Tidak saja kehebatan tekbologi yang di paparkan namun juga profesionalisme pemain, tata busana, desain panggung hingga tata musiknya yang tanpa cela. Ticket yang bisa dibeli di www.sistic.com dan dibandrol antara S$ 65-240 (500 ribu – 1.7 juta!) per pertunjukan sabtu 1 April 2011 lalu telah fully book!
Saya masih terkesan dengan tata panggung yang amat rapi dan membawa imajinasi saya begitu hidup hingga beberapa kali tak sadar mengucap “wooo”. Panggung seluas 20m X 30 M sekan disulap menjadi dunia kecil 3 dimensi yang mampu bergerak dinamis dan mempesona. Pun pada tata busananya, perancang begitu smart melekatkan karakter berbagai hewan pada pelakon tanpa mengubah persepsi bahwa itu semua orang yang menjalankannya. Baik itu hewan yang berukuran besar ataupun pada hewan kecil dan bisa terbang. Indah!.
Bagi saya yang penggemar pagelaran, pertunjukan dan orchestra ini merupakan pengalaman baru. Tidak saja baru dalam menikmati pertunjukan kelas dunia namun juga pengalaman baru untuk sadar menjaga tata krama menonton pertunjukan. Bisa jadi saya mempertanyakan kenapa pertunjukan dibatasi bagi anak2 usia dibawah 7 tahun tidak diperkenankan, terlebih merekam ataupun memotret selama pertunjukan sangat dilarang. Mungkin pemikiran kita sangat tidak asyik tidak bisa membawa anak2 di pertunjukan “segala”umur” dan lebih-lebih amat tidak asyik tidak bisa melaporkan secara live pertunjukan melalui media social yang kita punya macam facebook atau twitter.
Namun inilah makna pertunjukan dimana kita dibawa pada situasi untuk menikmati suguhan dengan segenap panca indra kita dengan focus. Merasai setiap detail sajian dengan kenyamanan dan etika. Hal ini tidak saja berlaku bagi kita namun juga penonton lain membutuhkan kepentingan dan suasana yang sama. Sederhananya saling membagi kenyamanan untuk menikmati pertunjukan bersama. Penghargaanpun seyogyanya kita berikan dengan tidak merekam ataupun memfoto seijin pelaksana untuk menghormati hak property pertunjukan. Disinilah etika di sematkan.