By Be Samyono (11122012-22-12)
Lebih awal, begitulah pertemuan pertama aku dengan ayah bundaku. Meski telah dua kali jadwal kelahiran berubah ternyata aku sendirilah yang lebih tidak sabar. Aku ingin menemui mereka lebih awal 2 hari dari hari yang ditentukan di tanggal 8 Desember 2012 pukul 07.05. Memang ayah dan bunda telah merencanakan kelahiran ini dengan matang termasuk memilih tanggalnya. Selain itu pengalaman dengan kehamilan pertama serasa akan memudahkan prosesnya. Namun rupanya kehendak Allah berbicara lain. Aku tidak lahir di tanggal 21/12 ataupun tanggal 10/12 namun dipagi hari karena ketuban Bunda lebih dahulu pecah di tanggal 8 Desember itu.
Karena perubahan jadwal melahirkan yang maju 2 minggu (mengingat operasi caesar) pilihan untukku lahir di tanggal 21 Desember di hari jumat yang sama dengan tanggal dan hari kelahiran bunda dibatalkan. Tanggal 10 Desember menjadi pilihan karena merupakan hari baik menurut kakek sesuai kalender Jawa. Bundapun kebingungan dengan jadwal ini karena baru tanggal 10 Cuti dan belum mempersiapkan segala perlengkapan kelahiranku. Hingga diputuskan mempercepat cuti di tanggal 7 Desember untuk mempersiapkan keperluan ini. Bisa jadi percepatan ini karena Bunda capek dengan beban kerja selama seminggu ataupun karena persiapan ini di hari jum’at. Tapi ayah percaya ini semua karena kehendak Allah. Karena Allah menjawab doa Ayah untuk mempunyai anak kedua yang tegar yang akan menjadi pemimpin yang akan memberikan teladan dan melengkapi hal-hal positif yang dimiliki kakak Sophia. Yang akan menjadikan keluarga kami saling terikat dalam cinta kasih.
KELAHIRAN
Semalaman Bunda tidak bisa tidur saat Bunda membangunkan ayah pukul 03.30. di hari sabtu 8 desember 2012. Ketuban pecah begitu yang Bunda kabarkan. Ayah hanya termangu karena panik. Selama seminggu ini ayah lebih merasa nervous daripada bunda. Ayah hampir tak percaya karena menurut perhitungan ini masih jauh dari perhitungan lahir normal. Ayah tak bisa berfikir lagi saat bunda mengatakan bahwa harus ke RSB Asih saat itu juga. Bunda packing seadanya dan ayah hanya sempat menelepon Papa koko untuk datang menjaga kakak sophia serta Taksi. Selebihnya ayah hanya membawa kameranya!
Pemeriksaan panjang di UGD RSB yang diakhiri dengan rekam jantungku selama setengah jam memberikan keputusan aku akan bertemu ayah bunda hari ini. Persiapanpun dilakukan dengan cepat sementara kakek-nenek, oom mumu dan nung telah berkumpul. Semuanya menunggu dengan cemas. Terutama ayah yang terlihat meyakinkan diri bahwa semua akan berakhir dengan membawa kebahagiaan.
Pukul 06.45 bunda disiapkan di ruang operasi. Ayah diminta mengganti baju jenguk dengan baju operasi. Ini mengejutkan. Rupanya kali ini ayah diperbolehkan melihat jalannya operasi beda saat kelahiran kakak Sophia dulu. Menempati ranjang persiapan yang sama, ruang yang sama dan dokter yang sama ayah dan bunda seperti dibawa kembali pada pengalaman kelahiran kakak Sophia dulu. Dan tanpa pikir panjang ayah menyusup keluar untuk ambil kamera walau akibatnya ayah harus ditegur untuk ganti baju operasi yang baru karena telah terkontaminasi dengan ruang luar. Tak apa.
Pukul 07.00 tepat semua operasi telah siap. Ayah diminta bergabung. Antara tega tak taga ayah memilih berada dekat kepala bunda untuk bisa memegang tangannya. Operasipun dimulai, 7 orang dalam team yang dipimpin DR Amru Harahap sibuk dengan tugasnya. Ayah hanya bisa berdoa dan menguatkan bunda. Ayah jelas tak tega untuk mengambil gambar di situasi ini. Namun saat aku mulai ditarik keluar lima menit kemudian dokter menawarkan untuk difoto. Kesempatan tak ayah siakan aku mulai mem-video. Semua begitu cepat. Saat aku diserahkan ke Suster ayah diminta mengikuti mereka. Ditangan 2 suster aku dibantu untuk dibersihkan. Dengan kamera yang tak terputus ayah merekan semua kejadian ini hingga aku ditimbang, diukur dan dipertemukan kembali dengan bunda sebelum aku dimasukkan kedalam inkubator. Terima kasih Bunda.
Di ruang inkubator aku menunggu bunda bersama ayah dan keluarga yang menjenguk secara bergantian. Sejam kemudian bunda baru dibawa ke ruang pemulihan dan dipertemukan aku untuk dilakukan inisiasi menyusui dini. Aku ditaruh di dada bunda untuk mencari puting bunda. Kata ayah aku pinter seperti kakak Sophia. Langsung bisa menyusu dengan tepat dan bersemangat meski diawal belum keluar ASI. Namun ini indikasi yang bagus untuk bisa berproduksinya ASI Bunda. Baru 6 jam berselang saat bunda sudah keluar dari pemulihan dan aku keluar dari ruang observasi aku bisa menemui Kakakku Sophia. Akh senangnya.
Ayah merujuk aku lahir di jam 07.05 dengan berat 2,735 kg dan panjang 46 cm. Jelas aku lebih kecil sedikit dari kakak Sophia. Lucunya banyak yang bilang kami hampir sama dan mirip. Hanya saja rambutku lebih panjang saat lahir juga bulu-bulu di sekujur tubuhku lebih lebat. Bunda Bilang ini luar biasa bagi keluarga dari sisi bunda yang kebanyakan malah minin rambut saat bayi.
NAMAKU
Namaku sudah dipersiapkan ayah sejak bunda dinyatakan hamil. Ada nama bayi cowok dan cewek yang sudah dipersiapkan. Semua namanya mengandung makna yang sama. Makna keteguhan dan keberanian dalam kepemimpinan. Dan konsep 3 nama dari kata Jawa-Yunani dan nama wayang seperti kakaku “KINANTHI SOPHIA AMBALIKA”. Bukan itu saja ayah berusaha agar rangkaian kata di namaku dan nama kakaku bila dipadukan ada hubungannya serta tetap terdengar indah.
Disematkanlah nama PINASTIKHA ILONA ARHIMBI dengan panggilan (Kikan/Ilona) untukku. PINASTIKHA dari bahasa Jawa Sansekerta mempunyai arti mulia atau utama. ILONA dari bahasa Yunani yang berarti Cahaya dan ARHIMBI adalah tokoh putri satria Pringgondani yang gagah berani yang menurunkan Gatotkaca. Bila dirangkai kira kira namaku berarti atau mengandung harapan: “Putri Satria yang Membawa Cahaya Kemuliaan”
Namaku menjadi pelengkap dari nama kakakku KINANTHI SOPHIA AMBALIKA yang berarti “Putri Bijaksana Yang Menyenandungkan Tembang Cinta”. Bahkan bila dihitung jumlah huruf nama kami sama 22 buah dan bila nama kami di padukan masih terdengar indah semisal KINANTHI PINASTIKHA atau SOPHIA ILONA. Bahkan ayah telah merancang nama panggilan yang sepadan. KIKAN untukku dan KINAN untuk kakakku. Bilapun kami ingin memakai nama modern kami nama panggilan ILONA dan SOPHIA tetap terasa tepat.
Besar harapan ayah bahwa kami bisa saling menguatkan ikatan sebagai saudara, sebagai 1 keluarga. Dalam satu nafas Kasih Sayang … Amiin! Terima kasih Bunda