Rumah Singgah

By Be Samyono [07082020.0806]

Kalimat “Once your mindset changes, everything on the outside will change along with it”, milik Steve Maraboli merupakan sesuatu yang benar adanya. Seperti halnya sebuat mesin bila program di dalamnya tepat di tanamkan, akan memudahkan mesin tersebut bekerja sesuai dengan tujuannya. Demikian juga diri kita bila kita mempunyai persepsi yang tepat akan sesuatu maka dengan mudah bagi kita untuk memahami, dan mengimplementasikannya sesuai dengan goal kita begitu juga sebaliknya.

Sebulan ini tiba-tiba alur perjalanan kami berubah sedemikan mendadak. Tetiba kami memutuskan untuk tinggal di apartemen karena mempertimbangkan kegiatan anak anak selama WFH/SFH. Hal ini menjadi sesuatu yang urgent untuk dipecahkan karena hal ini akan jadi masalah besar bila kami berdua WFO. Seketika itu juga kami mencari apartemen yang dijual dan syukurnya kami langsung cocok dengan unit yang lokasinya tidak jauh dari sekolah anak anak dan rumah mertua sebagai pertimbangan utama. Sedemikian cepat proses sehingga dalam hitungan 1 bulan kami sudah meninggalinya selama weekdays. Hal ini bertepatan pula target kami yaitu jadwal anak anak mulai belajar semesternya.

Meski secara operasinal SFH anak anak terpecahkan namun masalah lain bermunculan. Dan kesemuanya itu lebih ke muara masalah teknis. Mau tidak mau kita harus memahami bahwa konsep tinggal di apartment amatlah berbeda dengan tinggal di rumah. Mindset mengenai konsep ini harus benar benar dipahami. Sebagai rumah singgah begitu saya mengistilahkan, tinggal di apartment haruslah lugas, effisien dan praktis. Memasak dan mencuci sebagai kegiatan inti operasional domestik harus berubah bentuknya. Pun dengan ketersediaan barang, pakaian dan lainnya. Hal baru ini benar benar harus dipahami semua anggota keluarga.

Mau tak mau kami harus berfikir efisien mengenai hal hal diatas. konsep minimalis harus benar benar kami terapkan. Tak mudah untuk memilah dan mensortir barang anak anak yang akan dipindahkan. Namun keharusan untuk membawa yang seperlunya jadi sesuatu yang mandatory. Anggap saja segala supply dan perbekalan semua ada di rumah kami. Sementara di rumah singgah ini kami hanya sekedar numpang dengan amunisi untuk kebutuhan beberapa pekan saja. Sebagai contoh, disini jangan berharap bisa memasak terlebih membuat melakukan baking karena keterbatasan tempat. Yang bisa kami siasati adalah membuat bumbu bumbu jadi yang nantinya akan secara instant kami olah dengan bahan segar.

Bisa jadi masalah hidup di apartemen adalah masalah “loe lagi-loe lagi” yang semua kembali pada masalah keterbatasan space. Beruntung sejauh ini kami tak begitu bermasalah dengan hal ini. Anak anak tetap bisa mengatur kegiatannya dan belajarnya. mereka cukup enjoy mejalani aktifitas dengan hobby dan les-les mereka. Bagi kami orang tua terbantu dengan adanya jarak yang tentunya lebih strategis. Bahkan menurut saya semuanya menjadi lebih praktis karena kegiatan rutin kami sehari-hari lebih fokus pada kegiatan bukan pada operasional rumah seperti layaknya kalau tinggal di rumah. Tinggal mengatur saja ritme yang ada bila kejenuhan melanda. Secepatnya kami akan segera berkemas dan kembali ke rumah. Simple.

Untuk itulah konsep rumah singgah ini harus benar-benar tepat ada di mindset kami dan tentunya lambat laun akan menjadi satu lifestyle yang berbeda yang harus di jalani dengan tujuan efisiensi dan mimalis. Semangat saja karena ini pembelajaran juga bagi anak anak untuk pondasi pola pikir nantinya.

Please follow and like us:
Facebooktwitterredditpinterestlinkedinmail

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *