“Bunda aku mau sekolah” Demikian rengekku. Dan kalang kabutlah Bundaku dibuatnya. ini bukan permintaanku yang pertama juga bukan ke tiga. Ini kesekian kalinya. Dan keinginan ini makin besar tiap kali aku melihat kakak-kakak berbaju seragam atau ayah pamit untuk mengajar. Dan aku begitu riang begitu Bunda berjanji akan mencarikan tempat sekolah untukku. Aku pikir keinginanku bersekolah tak berlebihan karena aku punya banyak buku, tas sekolah dan aku suka menyanyi. Meski tante bilang sekolah itu melelahkan tapi aku melihat kegembiraan disana.
Kakek dan nenek ikut meributkan hal ini. Berbeda dari yang diharapkan mereka justru kawatir kalau aku ke sekolah. Terlalu kecil itu alasannya disamping ketakutan bahwa aku akan menghadapi kebosanan. Beda persepsi mungkin menjadi penyebabnya. Di benak kakek-nenek sekolah adalah duduk dibelakang meja dengan setumpuk PR. sekolah ada kegiatan yang akan membuat anak makin tertekan dan menjadi jera bila masuk sekolah. Mungkin mereka belum paham bahwa system pendidikan terus berkembangdan disesuaikan dengan kebutuhan anak. Inilah yang harus Ayah Bunda komunikasikan hingga keinginanku untuk sekolah bisa direspon dengan tepat […….]