Kembali Tertangkap Di Negeri Orang

By Be Samyono (17092008.14.24)

Tas kameraku dipundak aku letakkan di sebelah kakiku, tinggal ini saja yang tersisa karena lainnya telah masuk bagasi pesawat. Didepanku beberapa orang petugas imigrasi bermata sipit mengamati wajah dan dokumenku bergantian sembari menanyakan hal umum. Ini bukan penangkapanku yang pertama terjadi di negri ini. Aku sudah terbiasa. Tak perlu takut.

*******

Tahun 2003 tepatnya aku dan kakakku mempunyai masalah di kantor imigrasi Tuas saat kami akan meninggalkan Singapore menuju Malaysia dimana sialnya kakakku menghilangkan secarik kertas leave form yang saat masuk ke Singapura ini telah kami isi. Urusan jadi lebih lama di Imigrasi karena kami harus diinterogasi secara khusus di ruang tersendiri sementara penumpang lain menanti dengan tak sabar di Bus Continent. Kejadian Berulang 2 tahun kemudian. Perjalanan tengah malam dengan segebok oleh-oleh berupa peralatan logam justru membuahkan kesulitan saat menuju Singapore dari Malaysia. Entah kenapa data kami jadi sulit diakses sehingga hampir setengah jam kami tercekal di imigrasi. Bus yang hanya berisi 8 orang itupun terpaksa menunggu lama. Kapok! mungkin kata itulah yang tepat di katakan. April tahun ini beberapa kejadian terulang dan lebih buruk malah. Tertangkap 2 kali dan passpor hilang. Memang tak ada yang lebih buruk daripada kehilangan passpor di negri orang.

Kejadian berawal dari keinginanku untuk menikmati MRT rute melingkar dari Marina bay ke Jurong East via woodlands guna membunuh ketidakadanya kegiatan hari itu di sana. Berbekal sepatu sport, kaos polo dan celana pendek serta seransel kamera aku mengambil rute mulai dari Orchard MRT karena stasiun itu berada paling dekat dengan Park Hotel dimana aku menginap. Semua sesuai dengan rencana, namun keinginanku yang tiba-tiba untuk sarapan terlebih dahulu di Northpoint Woodlandsmengubah keadaan. Dari sini timbul keinginanku menyeberang ke Johor Bahru tak terelakkan. Dengan alasan dekat, pingin tahu dan ingin menemui saudara yang disana, berangkatlah aku ke Johor BAhru dengan Bus. Tak sampai seperempat jam aku telah sampai di Johor bahru tempat kebanyakan TKI kita bermukim. Tak familier dengan suasana kotanya aku lebih memilih untuk masuk ke mall terbesar disana. Selang 3 jam setelah hujan reda aku kembali ke Singapore. Disinilah penangkapan pertamaku terjadi. Durasi In-Out-ku yang hanya 3 jam menimbulkan kecurigaan pihak imigrasi sehingga hampir seperempat jam aku dipajang di belakang tempat duduk petugas imigrasi dibawah tontonan orang-orang yang melintas sebelum ditanyai lebih detail. Mati deh! Beruntung mereka cukup kooperatif hingga cukup bisa melihat kondisiku sebagai wisatawan yang “hanya ingin tahu”.

Terbawa capek, saat makan malam di Lucky Plaza menikmati rawon Indonesia passporku terjatuh. Dan itu baru aku sadari saat jelang tengah malam di hotel. Dalam kepanikan aku meminta bantuan hotel, menelusuri lucky plaza dan akhirnya disarankan lapor pos polisi terdekat. Meski harus berputar-putar dengan taksi rupanya gambaran kantor polisi di Singapura jauh berbeda dengan Indonesia. Aku diterima baik, dibantu dan diarahkan bahkan bonus keramahan dan free service menempatkan pelayanan mereka dalam pujianku. Esoknyapun saya pergi ke kedutaan untuk mengurus surat laksana perjalanan pengganti passpor. Sayangnya aku hanya punya waktu 3 jam untuk mengurus surat rujukan dulu dari kantor imigrasi singapura untuk bisa di proses di kedutaan. Sayang pula pelayanan yang singkat ini lebih terasa tak se-exelent layanan publik di singapura. Padahal ini Kedutaan kita sendiri yang melayani orang sendiri.

Tergopoh aku menuju gedung imigrasi dan kependudukan yang letaknya tak kalah jauh di pinggir kota. waktuku berkurang banyak. dan rasanya lemas melihat bangunan hampir sepuluh lantai dimana semua urusan kependudukan mulai bayi lahir hingga pindah alamat berpusat disini. Tak kubayangkan berapa lama aku akan menyelesaikan masalahku sementara saat ini tiketku telah hangus dan aku harus kembali ke jakarta hari ini juga. aku keliru. Dengan sistem antrian yang tertib dan komputerisasi urusanku tak sampai 1 jam usai. Aku lega dan segera kembali ke Kedutaan. Beruntung passportku terkabar ketemu di tempat aku makan semalam. Aku memutar arah mengambil passport, membeli tiket dan kembali ke imigrasi untuk melaporkan ditemukannya passportku kembali. Bisa saja aku tak perlu melapor. tapi ini bukan Indonesia. aku yakin semuanya terecord dalam komputer. aku tak mau ambil resiko. Dengan segenap kegembiraan akhirnya urusanku di imigrasi terselesaikan dengan memuaskan dan cepat. Segera aku meluncur ke airport.

********

Dan akhirnya mata sipit itu memberikan passportku dengan senyuman dan satu kalimat,”You have already found Your paspor, Right! Congratulation,”. Aku tersenyum dan kembali memanggul tas kameraku menuju ruang tunggu sembari menerima passpor itu. Lega sekaligus mengacungi jempol atas semua sistem yang berlaku di negara ini. Yang jelas-jelas memudahkan dan penuh dengan kontrol. Semuanya serba online dan terintegrasi menjadi satu.

Kondisi ini jauh berbeda dengan pemandangan saat melintasi imigrasi di bandara Soekarno-Hatta. Betapa mudahnya kami masuk negara ini belum lagi dengan mudahnya kami meloloskan barang bawaan tanpa di scan. Dimana keamanan nasional diletakkan? Aku pikir ini bukan karena petugas itu malas atau tak becus bekerja. Mereka justru tahu bagaimana bekerja secara efektif dan efisien. Sudah pasti saat kami baru keluar dari singapura telah ketat melakukan pemeriksaan jadi untuk apa harus diperiksa lagi untuk masuk ke dalam negri ini khan. Bikin capek!

(entah hati siapa yang akhirnya capek melihat praktek seperti ini)

Please follow and like us:
Facebooktwitterredditpinterestlinkedinmail

You may also like

3 comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *