By Be Samyono (10112009-09.03)
Jalan-jalan seakan menjadi satu prioritas tersendiri bagi saya dan utamanya buat Bunda Sophie. Bahkan kami sepakat untuk selalu mengalokasikan dana dan waktu 2-3 kali setahun untuk jalan-jalan entah keluar kota atau keluar negeri. Rupanya memang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Sophie anak kami ternyata amat menyukai jalan-jalan. Kondisi sakitpun akan dia abaikan bila mendengar kata jalan-jalan. Tidak hanya perjalanan keluar kota yang dia nikmati, ke luarnegeripun dia lalui dengan keriangan. Sepertinya Sophie amat mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan baru serta hebatnya dia bisa menciptakan kegembiraan tersendiri dari setiap suasana yang tercipta. Untuk itulah kami sangat enggan dan tak rela jika meninggalkan dia disaat ada rencana untuk jalan karena kami yakin dia cukup menikmati setiap perjalanan ini.
Sedikit cerita ketika pertama kami mengajaknya pergi ke Singapore di usia 14 bulan. Keraguan mulanya kami temui. Kekawatiran akan ribetnya membawa baby dan tak adanya bala bantuan di negeri orang membuat kami berfikir berulang. Namun kembali kami kuatkan diri bahwa perjalanan ini adalah pembelajaran bagi kami untuk mengurus Sophie tanpa bantuan siapapun. Mungkin menjadi berlebihan bila pada akhirnya kami membawa hampir semua barang keperluan dia secara berlebihan. Mulai dari stroller, obat-obatan, makanan, pampers dan segala macamnya. Bagasi kamipun menggelembung. Waktu 4 hari disana ternyata tak mengkawatirkan meski perjalanan lumayan melelahkan karena via Batam untuk sekalian menengok saudara. Sophie tetap ceria dan asyik menikmati perjalanan pun ketika kami harus antri dan berdesakan 3 jam lebih untuk bisa mencapai Johor Baru. Beruntung ada stroller dan buku, teman perjalanan Sophie yang amat sangat bermanfaat bagi dia. Belajar dari pengalaman itu kami tak ragu untuk kembali jalan dengan mengajak Sophie.
Kali ini Kuala Lumpur kami pilih sebagai tujuan. Pertimbangan utamanya adalah Bunda Sophie belum pernah kesana, memperoleh tiket “no Fuel Charge”, serta adanya sahabat lama disana. Persiapanpun tidak seheboh sebelumnya. Untuk perjalanan 3 hari, kami bertiga cukup menggunakan 1 koper ukuran medium dan 1 stroller untuk dimasukkan ke bagasi. Sisanya tas tenteng sebagai tas ‘doraemon’ keperluan Sophie serta 1 tas kamera keperluan saya. Padat dan praktis!. Memang urusan makan akan menjadi hal tersulit jika membawa baby untuk itu beberapa biskuit kami siapkan berikut susu dan makanan praktis lainnya. Yang penting disana adalah ketersediaan buah, makanan favorite sophie.
PERJALANAN JAMAAH
Sophie ternyata menjadi magnet. Beberapa rekan & saudara akhirnya memutuskan karena sophie-pun ikut. Bertujuhlah (saya, bunda Sophie, Sophie, Papa Thotho, Mama Tyas, oom mamat dan oom syarif) akhirnya kami berangkat pukul 06.30 dengan Airasia QZ 111. Berbeda dengan perjalanan saya beberapa kali ke KL yang biasanya saya capai dengan menggunakan bus langsung dari Singapore kali ini kami menggunakan pesawat. Beruntung beberapa kali bertukar email dengan sahabat lama saya di sana (Khatty) saya memperoleh panduan yang cukup lengkap sehingga saya bisa menyusun itinery serta budget yang cukup detail akurat. Rombongan besarpun bisa sekata dalam perjalanan. Dan yang terpenting karena saya beberapa kali pernah ke KL setidaknya kami cukup terhindar dari kata TERSESAT atau KEBINGUNGAN. Bedanya bila dahulu saya terima beres kini saya dan oom mamat yang menjadi pemandunya. Dan kami ingin perjalanan ini lebih terkontrol dan teratur untuk meminimalisasi efek dari “banyak orang banyak kemauan”.
Obyek wisata yang vital saya prioritaskan bagi rombongan seperti Twins Tower, Genting, Central Market, Bukit Bintang, IKEA serta putrajaya. Kepadatan perjalanapun saya kurangi untuk memberi waktu santai dan main-main untuk sophie. Termasuk menghapus perjalanan ke Malaka. Satu berkah muncul di last minute kala Khatty mengatakan bisa off selama 2 hari untuk bisa mengantar kami ‘pusing-pusing’ dengan mobil sewaan. Ini kebetulan yang sangat di syukuri. Meski tak senyaman Singapore Kl tak terbilang susah dengan angkutan umum. Masalahnya tak ada taksi argo. semuanya tarif kuda! Pantas keluangan waktu Khatty menjadi berkah. Karena itung punya itung sewa mobil plus sopir dan gasoline terbandrol tiga kali lipat dari harga Jakarta. Meski terbilang lebih mahal tapi kenyamanan dan pengaturan waktu akan lebih mudah dengan mobil sewaan. Namun jangan terkaget bila parkir di KLCC argo parkirnya sudah mencapai RM 10 = Rp 30.000/jam. Mantap!
Karena ini adalah perjalanan jamaah, akhirnya saya menyingkirkan ego saya untuk bisa benar-benar berlibur. Dalam benak saya berlibur adalah menikmati lingkungan dan memanjakan diri. Saya bayangkan saya bisa berada di bawah pohon disebuah bangku taman samping Merlion Park sambil membaca buku dan menulis seharian atau bercengkerama bermain lari-larian dengan parkit kecil saya. Sophie! Atau berada dipantai merebahkan diri sambil berbincang tentang banyak hal dengan bunda Sophie tanpa terpikir masuk mall, belanja ini dan itu. orang akan bilang ini bukan liburan yang populer, bukan liburan gaya “orang kita”. tapi memang itulah liburan impian saya!
SERONOK DAY 1
Perjalanan dengan pesawat selalu terasa lama untuk saya. Bagi saya yang takut ketinggian, sulit untuk bertenang hati. Padahal saya coba untuk meletihkan diri dan bangun pagi-pagi agar terasa lelah dan bisa tidur di pesawat, namun percuma. Sebaliknya Sophie sangat menikamti perjalanan. Hidangan pesawat maunya dimakan sendiri bahkan tak henti minta ballpoint untuk bisa menggambar di kertas itinery perjalanan saya. Pun begitu ribut dengan bundanya untuk melihat awan. Keberangkatan pukul 6.25 sedikit tertunda seperempat jam. Beruntung satu setengah jam kemudian saya sudah bisa melihat lanskap penjamu sebelum kami tiba di LCCT, bandara Low Cost Center Terminal tempat Airasia bermarkas. Hijau, tertata dan asri begitu pemandangan sawit di sekitar bandara itu menjamu dan bagai gudang berarsitektur modern LCCT ini menerima kami. Perjalananpun terlanjut dengan bus bertarif RM 8 yang akan mengantar kami selama 1,5 jam ke KL Central di jantung Kuala Lumpur.
Kembali jalan tol yang lengang, tertata dan mulus ini menjadi pemandangan kami. Bagi saya liburan ini telah dimulai, saya tak hendak untuk menidurkan diri dan melewatkan setiap hal diluar jendela sana. Terlalu mubazir, karena disinilah keasyikan satu liburan didapat. Tiba di KL Central kami segera mencari ujung monorail untuk mengantar kami ke Hotel Bintang Warisan yang tak jauh dari stasiun Bukit Bintang, Stasiun yang hanya berjarak 5 pemberhentian dari KL central ini. Dengan menukar RM 2.10 kami menggunakan kartu magnetik sebagai tiket masuk. Kartupun keluar lagi setelah terotorisasi untuk kami pegang begitu kami akan masuk kereta monorail. Namun saat keluar stasiun dengan otomatis kartu akan tertelan. Setelah perjalanan 10 menit kamipun keluar dari stasiun yang berkonstruksi bentang lebar untuk atapnya ini.
Check in pukul 01.00 pm tak membutuhkan waktu lama. Pencarian hotel ini di internet ternyata cukup sesuai keinginan. Meski aroma “India” terasa menyengat saat tiba namun saya lega karena hotel ini lebih berwarna China. Sebagai Budget hotel fasilitas standart yang ada lumayan cukup. Kamar mandi dan tidurpun tidak mengecewakan. Kami tak berlama-lama untuk menaruh barang dan masuk hotel yang kami lakukan secara swalayan karena kami akan mengunjungi Genting. Namun sebelumnya kami mampir sebentar di KFC untuk makan siang. Sengaja KFC dipilih karena menurut pengalaman rasa makanan di KL sangat kacau, kami tak ingin memberikan kejutan berlebihan pada perut kami. Benar juga ternyata KFC disini tak menyediakan nasi putih melainkan nasi lemak!.
Pukul 04.00 pm kami berangkat dengan bus ke Genting highland dari KL central. Mulanya saya ingin terus dengan menggunakan bus saja tanpa transit memakai cable car hingga Genting. Pengalaman terombang ambil dalam cabel car yang mati selama 5 menit di atas laut antara Singapore-Sentosa sudah cukup membuat aku kapok. Tapi ternyata semua perjalanan kini harus mengunakan cable car. Mau apa lagi. perjalanan menapak genting tak ubahnya seperti menuju puncak, namun hebatnya jalan disini cukup lebar dan memudahkan bus-bus besar untuk melaju. Hutan di sekeliling jalan tampak tak terjaman dan masih asri, tak ada lapak dipinggir jurang juga tak ada rambu menyesatkan. Semua penumpang terkantuk kantuk dibawah semburan ac yang dingin dan bus yang nyaman seharga RM 9.30 sekali jalan plus akomodasi cablecar. saya segera bangunkan bunda sophie. Saya tahu sebelumnya di enggan kemari, tapi saya yakin perjalanan ini akan mengubah keenggannya. Benar, ketertarikannya makin tersemangati. Utamanya saat tiba di terminal transit saat kami harus berganti akomodasi dengan menggunakan cablecar.
Dengan menggunakan tiket terusan, kami langsung naik cablecar yang berkapasitas 8 orang di lantai 4 terminal ini. Kengerian saat cablecar meluncur menuju puncak Genting dengan menyusuri kemiringan punggung gunung selama 20 menit sirna melihat eloknya hijaunya hutan dan asyiknya pemandangan dari jendela cablecar. Sophie yang terpana pun mulai mengoceh kegirangan. Kejutan terakhir terjadi saat kurang lebih 1 kilo mendekati Genting kabut mulai turun. Jarak 10 meter sudah memutih tertutup kabut dan semua berakhir saat kami masuk gate stasiun di Genting. Benar-benar pengalaman yang elok dan mendebarkan! seru! tak banyak yang kami lakukan disini karena kabut telah menutub theme park, selain itu pukul 07.00 pm kami harus turun untuk mengejar bus keberangkatan pukul 07.30. Kami meluangkan waktu dengan jalan dan bermain ala timezone bersama sophie. Saat kembali turun dengan cable car suasana lebih mencekam karena malam, beruntung penerangan yang di setiap tiang cable card cukup terang sehingga kamipun maih bisa menikmati pemandangan sekitar. Kabutpun kami tinggalkan disambut turunnya matahari si ufuk barat yang samar.
Taksi RM 100? itu tawaran terburuk saaat kami tiba kembali di terminal transit. Bus ke KL Central telah habis tiketnya hingga kami harus menunggu keberangkatan jam 09.00 pm. Oom mamat meminta pendapat saya. Saya enggan dengan tawaran ini karena berombongan mau tak mau kami harus ambil 2 taksi. Saya minta oom mamat mencari bus jurusan mana saja yang siap berangkat jam 07.30 pm ini. Sebuah bus sudah hampir berangkat ke terminal Pasarakyat akhirnya kami pilih. Ini pilihan terbaik daripada kami tak ada kegiatan di terminal ini. Toh terminal Pasarakyat tak jauh dari KLCC tujuan kami berikutnya. sekitar pukul 09.00 kami tiba di terminal pasarakyat dan dengan 2 taksi nonargo RM 18 kami melaju ke KLCC untuk makan malam, belanja dan tentunya berfoto di depan twins tower dimalam hari. Kelelahan menumpuk, kaki dan pundak terasa tak mau kompromi lagi. Kamipun meninggalkan KLCC dengan van taksi berkapasitas 7 seater RM 15 pukul 11.00. saya menggendong Sophie masuk kamar diikuti Bunda sophie. Kaki saya pegal. Entahlah besok masih BISA jalan lagi atau TIDAK!






2 comments
Wew, buah jatuh nggak jauh dari pohon.. gitu ya, mas Sam? Hehehehe… salam buat keluarga (Sophie dan Bunda-nya) Hehehehe…
update… 😛