Sesaat sebelum boarding dengan pesawat Sriwijaya Air awal September lalu di terminal 1 Bandara Sutta saya sempat kecewa. Saya memikirkan Pangkal Pinang saat saya menerima kesempatan mengajar kali ini. Saya bayangkan setidaknya saya akan bertemu dengan pantai berpasir putih dan gugusan bebatuan koral yang menjulang. Persis gambaran film laskar pelangi yang fenomenal itu. Bahkan bila mungkin saya akan ekstent untuk sekedar mengeksplore kota ini hingga Bangka dan Belitung. Saya Salah besar. Di Tiket yang diberikan organizer tercantum Tanjung Pinang bukan PANGKAL PINANG!.
Tak hanya kepanikan karena saya akan menuju tempat asing tapi juga kekecewaan karena peralatan pantai yang telah saya bawa sepertinya akan sia-sia. Keterkejutan saya bertambah karena ternyata Tanjung Pinang adalah kota kecil di Pulau Bintan yang terletak di sebelah Batam. Kalau begini ceritanya mungkin hal lain yang saya bawa. Passport misalnya, setidaknya saya bisa melarikan diri ke Singapura. Panggilan Boarding kini malah terdengar bagaikan satu ejekan atas keteledoran saya [………]