Berbeda itulah yang semakin saya sadari bila melihat sosok dua gadis mungil saya Sophia dan Ilona. Memang seharusnya begitu. Tidak ada anak yang sama. Bila ada saya yakin itu hanyalah keinginan orang tua semata. Keinginan untuk tetap berada pada zona nyaman. Sama seperti keinginan saya sebelum Ilona lahir. Keinginan karena kekawatiran tidak bisa menerima satu perbedaan, kekawatiran bahwa sulit memberika perlakuan adil terhadap mereka. Dan ternyata begitu semua ini berjalan, kekawatiran itu pupus juga. Karena kekawatiran ini muncul bila saya terfokus pada perbedaan mereka, bukan pada kehebatan dan kelebihan yang mereka punya.
Telinga saya tergolong tipis bila mendengarkan betapa banyak saudara dan rekan yang selalu mengangkat topik perbedaan ini. Meski perbincangan ini membawa kesenangan, namun akanlah sesaat. Sisanya akan menjadi ajang persaingan dan olokan bagi yang dibandingkan. Satu masa yang tidak adil. Saya lebih suka mereka ditunjukkan kelebihan yang mereka punyai untuk bisa dikembangkan menjadi satu kekuatan diri. Juga, di perlihatkan kelemahan mereka untuk bisa saling di bantu dan dijaga. Mereka adalah team. Team yang hebat adalah yang bisa saling berkolaborasi bukan saling menggali jurang perbedaan diantara mereka.[…….]