Obsesi Sophie

By Be Samyono (17032010-18.40)

Aku tidak hanya menginginkannya, lebih dari akan mengucapkannya hampir setiap hari. Ya … aku ingin SEKOLAH! kata sekolah seperti kata ajaib di telingaku.  membuatku bersemangat bangun pagi bahkan melecutku untuk mengerjakan ini dan itu.  Kulihat Bunda beberapa kali survey play group bahkan beberapa telah aku coba free trialnya.  Namun sepertinya ada yang tidak membuat Bunda berkenan.  Tidak saja kurikulumnya tapi juga fee-nya yang kadang membuat dahi mengernyit.  Kuingat bunda menjanjikan aku sekolah kalau aku sudah 2 tahun.  Dan di ulang tahunku yang kedua Bunda benar-benar menepatinya.

Suatu hari Bunda mendiskusikan masalah sekolah ini dengan ayah.  Sepertinya Ayah menginginkan agar aku sekolah di lembaga formal dengan pemikiran tidak saja kebutuhan sekolahku terpenuhi tapi juga kedisiplinanku bisa diasah.  Dan kembali pertimbangan geografis menjadi penentu pemilihan sekolah nantinya mengingat faktor kemacetan dan transportasi begitu dominan menjadi pemikiran di Jakarta.  Gugurlah sudah alternatif untuk menyekolahkanku di Gymboree atau Tumbletooth.  Meskipun keduanya cukup dekat dengan rumah tapi keduanya bukanlah sekolah formal. Pilihan di persempit dengan mengambil alternatif Al Azhar  Kemandoran atau Stella Duece di daerah yang sama.  Ayah dan ibu mengakui bahwa sekolah katolik mempunyai kurikulum yang handal, karena dulu ayahpun kuliah di Universitas Kristen dan Katolik.  Namun ternyata Ayah meminta Bunda untuk memilih Al Azhar.  Alasannya sederhana.  Ayah dan Bunda ingin memberikan dasar yang kuat bagi keimananku serta akhlakku.

Ah senangnya aku terlebih akhir Februari lalu dibuka pendaftaran tingkat toddler untuk masuk bulan Juli.  Setiap kali mengurus administrasi Ayah dan Bunda selalu mengajakku.  Tak kusiakan waktu ini untuk berkeliling, mencoba semua mainan yang ada, dan bermain sepuasnya.  Kulihat begitu banyak mainan, alat peraga, kelas bahkan kolam renang! Ayah Bunda tahu aku sudah tak sabar untuk masuk namun bagaimanapun aku tetap harus bersabar untuk bulan Juli nanti.  Selain itu Bunda bilang, aku akan bisa sekolah disini kalau lulus observasi. Oh….aku baru 2 tahun harus ditest untuk masuk toddler? yang benar saja.  Ah aku tak takut.  ayah Bunda, Tante Nung dan semua sudah mengajari aku.  Aku yakin bakal lolos seleksi nanti.

Saat waktu observasi tiba. Aku bangun begitu pagi karena tak sabar untuk segera masuk sekolah.  Namun ternyata Ada surat keterangan dokter untuk pendaftaran  yang harus diurus jadi kami ke rumah sakit dahulu sebelum kesekolah.  Akibatnya aku keburu lelah.  Sampai di Sekolah sudah jam 11.30 semua pendaftar sudah diobservasi dan tinggal guru-guru saja yang ada di kelas. Bunda menggendongku masuk kelas ditemani Tante Nung dan Ayah. Akh hebohlah kelas karena aku tak mau dibangunkan.  Ruangan ber ac dan tempat tidur dalam kelas yang penuh boneka membuatku makin nyenyak.  Ayah Bunda kelabakan membangunkanku.  Guru-guru memberi kelonggaran untuk kembali minggu depan.  Tapi Ayah tolak karena akan sulit mengantar aku di waktu hari kerja.  Akhirnya Ayah ada ide untuk mebangunkanku di kolam renang kesukaanku.  Walaupun ide ayah kliru karena ternyata begitu kami keluar kolam renangnya dikuras!  Dengan sedikit berupaya akhirnya aku bisa bangun meskipun seperti tak sadarkan diri.

Saat observasipun menit menit pertama responku sangat lamban dan suaraku hampir gak kedengaran.  Ayah melihatku dengan putus asa. beberapa pertanyaan seperti masuk telinga kanan dan kluar telingan kiriku dengan tatapan kosong.  Sungguh aku masih ngantuk!  Namun Test tetap berjalan namun entah kenapa tiba-tiba aku terbangun begitu melihat banyaknya boneka dan mainan.  pertanyaan-pertanyaan beberapa gurupun dengan gampang aku selesaikan dan ujian-ujian kecil terasa terlalu mudah untukku. Kuliahat wajah Ayah Bunda berbinar.  Dan beberapa guru jadi terbahak karena aku malah menanyakan ini dan itu pada mereka.  Bahkan ada yang menyeletuk agar aku dimasukkan TK A saja. Ah!  saat pulang aku mendapat oleh-oleh payung serta beberapa balon yang akan aku bagikan buat abang Dika. Sampai-sampai Bunda menggeleng “Duh baik bener nih anak”

Hore … akhirnya aku diterima Di Toddler Al Azhar.  Ayah Bunda mengerti bahwa aku gembira.  Mereka mengijinkanku untuk menggunakan pensil warna, crayon dan buku-buku untuk aku corat-coret yang memang sudah Bunda siapkan jauh hari sebelumnya dan aku simpan di lemariku.  Ayahpun sudah membelikanku tas elmo warna merah. Wah semangatnya aku.  Meski masih 4 bulan lagi tapi aku tak surut semangat.  Bunda Janji akan membawaku ke sekolah untuk pengenalan dan bermain yang memang diijinkan oleh sekolah.

Kudengar suatu malam Ayah Bunda bercakap.
“Gak sangka Sophie begitu semangatnya sekolah, walau sebenarnya tanpa sekolah pembekalan dia dirumah cukup terpenuhi”
Ayah tersenyum mendengar penuturan Bunda.  Ayah tahu bagaimana aku didik di lingkungan rumah ini sudah lebih dari cukup.
“Yah mungkin dia memang harus kenal dunia luar dan teman-teman sebaya ya Yah?”
“Benar … supaya pikirannya tidak “TERLALU TUA” seperti sekarang”.
“Hahahhaha …”, Bunda terbahak dan membenarkan.  Lingkungan ini membentukku menjadi sangat mature untuk anak seusiaku.  Membuatku seringkali berfikir dan berbuat terlalu dewasa untuk usiaku,  seperti mempersilahkan orang untuk ini dan itu, memberi alternatif dan lainnya.  Rupanya memang Ayah Bunda tak ingin aku kehilangan masa anak-anakku dan tak ingin aku jadi BABY TUWIR.

Please follow and like us:
Facebooktwitterredditpinterestlinkedinmail

You may also like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *