Mengebiri Konsumen atau Teknologi?

Teknologi komunikasi dan data sepertinya tak pernah usai, bahkan semakin cepat menjauhi kata usang. Kompetisi muncul bukan hanya didominasi keragaman jenis produk tapi juga technology base yang digunakan.  Menariknya perang ini riuhnya tidak memunculkan pemenang yang dominan dan selalu kembali konsumenlah yang akan menjadi juri akhirnya.  Bisa jadi disini konsumen yang di untungkan karena perang ini akan munculkan adanya banyak pilihan produk dan fitur menarik dengan harga kompetitif.  Namun bisa jadi sebaliknya konsumenlah yang mulai diperas dan didorong menuju sikap konsumtif.

Satu yang luput dari tarik menarik kepentingan antara produsen gadget (baca: communication base) adalah data & communication provider.  Meski Bukan merupakan pertimbangan utama dalam memilih suatu namun ujung-ujungnya produk communication base hanya akan berjalan bila terbandrol dengan produk dari data & communication provider.  Alangkah tidak eloknya bila service dari data & communication provider tidak bisa mengikuti perkembangan produk communication base.  Akan percuma kita membicarakan fitur hebat bila ujung-ujungnya tak ada yang bisa difungsikan secara optimal.  Terkecuali kalau kita membeli kecanggihan hanya sekedar alasan life style atau malah mengutamakan fungsi tersier semata seperti game![…….]

Continue Reading

You may also like

Matah Ati: Langendriyan Yang Dibesut Ala Broadway

Siapa bilang kesenian tradisional Indonesia tidak mempunyai opera? Langendriyan adalah buktinya.  Seni berpakem jawa ini memadukan tari dengan nyayian / tembang dalam satu pertunjukan.  Dan ditangan Atilah Suryajaya warga turunan kraton Mangkunegaran Solo ini membesut episode opera jawa kuno langendriyan menjadi tontonan apik yang dibawa pada konteks kekinian.  Konsep yang harus ditampilkan untuk menyelipkan budaya lama ini pada era apresiasi budaya yang mulai pudar.

Memadukan sendratari, ketoprak, tari klasik dan pagelaran wayang kulit yang digarap selama 2 tahun terciptalah Matah Ati.  Seni kolosal yang pertama digelar di Explanade Singapura Nopember lalu bertepatan dengan pesta budaya Asia Tenggara.  Pertunjukan berdurasi 2,5 jam ini tak saja memperoleh sambutan yang gempita namun juga apresiasi yang bertubi akan kreatifitas menjadikan seni pertunjukan tradisional sejajar dengan pentas broadway si orang bule.  Tak salah bila Atila berupaya memboyong pertunjukan ini untuk di tonton di negrinya sendiri.  6 bulan berselang  barulah anak negri bisa melihat pertunjukan tradisional mereka di TIM yang terjadwal bulan ini selama 4 hari berturut-turut. [……]

Continue Reading

You may also like

Keteguhan Sebuah Niat

Perhelatan program “Berbagi Kasih” bersama MHI Tennis telah usai. Penyerahan donasi yang dibarengin dengan acara penanda 5 tahun MHI tennispun telah selesai. Demikian juga dengan pengiriman pertanggungjawaban atas donasi dan sponsorship telah di penuhi. Bila dikata cukup singkat program ini disiapkan dan berjalan. Seminggu untuk persiapan dan selebihnya 3 minggu untuk pelaksanaan. Tak ada kata selain ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus pada rekan se-team, rekan MHI donatur, sponsor serta supporter atas kolaborasi dan bantuannya dalam bentuk apapun. Tak ada kontribusi yang tidak konstruktif tak ada pula bantuan yang tak membangun. Saya pribadi yakin sekecil apapun bantuan yang diberikan saling tertaut dan memberikan makna dalam program ini.

Pemakluman saya sedemikian lebar akan kepesimisan berbagai pihak merujuk pada hasil maksimal program ini nantinya mengacu pada keterbatasan waktu serta pengalaman dalam mengelola acara semacam ini. Namun saya dan beberapa rekan tetap berambisi untuk membuktikan bahwa masih banyak kepedulian yang dipunyai oleh sebagian besar teman-teman MHI Tennis. Bukan keinginan untuk jumawa tapi pembuktian bahwa pasti ada jalan untuk sebuah niat tulus dalam berbagi kepada sesama. Jujur ketika kami menawarkan keinginan untuk membantu Panti asuhan Kampung Melayu tak ada yang kami punya kecuali 200% ketulusan dan keiklasan untuk menyisihkan waktu dan tenaga untuk program acara ini.[…….]

Continue Reading

You may also like

Reuni Offline

Setelah lebaran kemarin begitu banyak photo rekan-rekan jaman SMA maupun Kuliah yang bertebaran di Facebook dalam acara reuni. Komentarpun saling menimpali mulai dari pernyataan mengenai perubahan dalam 15-20 tahunan yang terjadi hingga candaan ala kebersamaan tempo doeloe. Tidak itu saja. ketakjuban, keheranan dan rasa kangenpun campur aduk menciptakan canda dan rasa terima kasih. Sayang aku tak ada di semua event itu, aku hanya bisa terbatas mengomentari sekaligus menerima kritikan kenapa justru tidak datang di acara yang aku sendiri usulkan. Nah!

Kekuatan Facebook memang luar biasa, karenanyalah dalam kurang dari 2 bulan sebagian besar teman seangkatan di SMA 1 Magetan dan semua teman seangkatan Arsitektur Petra kembali bertemu. Reuni online-pun terjadi dengan saling bergosip dan mengaduk-aduk ingatan lama saat jaman bersama sekaligus perburuan mencari temen-teman yang hilang. Groups dan Fansbookpun segera dibuat untuk mewadahi semua teman yang mulai terberai. Waktu seakan kembali berputar bagai baru kemarin semua itu terjadi. Dan sedetik kemudian bagai tersentak betapa waktu itu semua hampir terkubur dan betapa berubahnya kami kini. Tak hanya fisik yang mulai berkerut dan melebar kesamping, kehidupan kamipun sudah tak banyak yang sendiri, berkeluarga dan mempunyai junior.

[…….]

Continue Reading

You may also like