Barang Keramat

By Be Samyono (12112007.17.26)

BARANG KERAMAT! Begitu ayah mengolok-olok bantal hati kakak Maya. Betapa tidak keramat, kakak Maya sama sekali tak bisa dipisahkan dengan bantal itu bila pergi keluar kota atau tidur di tempat saudara. Padahal bantal itu benar-benar tidak layak pakai, bukan hanya karena telah hilang empuknya saja tapi juga aroma khas ompol sangat menusuk. Wajar karena bantal itu ada sejak kakak Maya bayi. Ayah yang usil suka menyembunyikan bantal itu atau dibuat mainan rebutan dengan kakak Maya. Rupanya tak hanya kakak Maya seorang yang punya barang keramat. Kakak Ais nyaris mempunyai barang keramat yang serupa dengan milik kakak Maya, bedanya sarung bantal kakak Ais tak pernah dicuci!. demikian juga kakak Dika mempunyai guling yang menjadi andalannya waktu tidur. Entah mengapa barang keramat ini benar-benar menjadi primadona. Mungkin karena keberadaan barang-barang ini membuat nyaman dan aman bagi diri kita terlebih kebanyakan barang-barang ini adalah barang yang memang dimiliki sejak bayi disamping kebanyakan berfungsi sebagai teman kita tidur. Bisa jadi! Padahal kalau dilihat barang-barang keramat ini pada dasarnya amat sangat tidak layak pakai. Ambil contoh punya kakak Maya. Tidak saja warnanya yang sudah pudar, empuknyapun sudah hilang plus aroma ompolnya itu. wah amat sangat menyengat.

Kakak Ais belakangan agak berkurang ketergantungannya dengan bantal buluknya. Ini karena seringnya tidur berpindah. Tak hanya tidur dirumahnya tapi kadang tidur di rumah kakek dari ibu atau bapaknya. Nah seringkali bantal itu lupa kebawa. Sekali dua kali mungkin agak menyusahkan tapi lama-lama tak menjadi masalah. Kecuali tidur dirumah bantal itu harus siap menjadi teman tidurnya. Bisa jadi ini jadi terapi buat teman-teman yang terlalu tergantung pada barang-barang keramatnya!. Hingga nggak selalu rewel bila barang itu kebetulan tak ada disisi kita.

Omong-omong meski ayah suka sekali mengusili barang keramat orang lain, ternyata dia juga mempunyai barang keramat juga! Apalagi kalau bukan selimut tuanya. Selimut itu cukup tebal dengan motif lukisan bunga dari Bali warna putih dengan dasar hijau. Warna yang sebenarnya bukan warna ayah banget demikian juga dengan motifnya. Tapi karena bahannya terdiri dari 2 lapis, lapisan luar sangat sejuk sementara lapisan dalam sangat hangat maka jadilah selimut itu barang keramat ayah. Ayah yang punya kebiasaan tak bisa tidur kalau tak memakai selimut sangat memuja selimut ini. Karena saat panas dia bisa memakai sisi luar dan bila dingin dia cukup membaliknya. Tapi selimut itu telah hampir sepuluh tahun umurnya. Tak hanya ketebalannya yang terkikis, kainnyapun sudah rapuh malah sudah robek di bebarapa bagian. Selain itu yang menarik ada bekas gosong gara-gara pernah ayah pakai buat alas setrika. Parah memang. Tapi ayah selalu melarang Bunda me-laudry selimut itu sering-sering. Alasannya belum kotor-kotor amat, padahal ayah gak nyaman kalau pakai selimut lain selama seminggu menunggu laundry-an selimut itu selesai dikerjakan. Ayah … ayah … pinter-nya ngeles !!!

Please follow and like us:
Facebooktwitterredditpinterestlinkedinmail

You may also like

2 comments

  1. sampai segitunya ya, emang sih barang2 yang kita punya itu ada arti khusus buat kita masing-masing…
    “wah aku sbnrnya msih penasaran ama Kaos crem DAGADU kamu yang HOSPITALITY” ada apa juga ya? aku juga jadi keingat dulu pas magang d DAGADU (blm bekerja) disuruh menjelasin artinya apa, aku jawab “karena d Jogja itu bnyak rumah sakitnya jadi disebut Jogja Hospitality”…weitz ternyata hbis itu aku dpt hukuman dari gardep2 sebelumnya ternyata salah kaprah, maksudnya Jogja itu kan ramah-tamah jadi dipanggil Hospitality….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *