Nervous

By Be Samyono (25122007.21.54)

Beberapa minggu lagi aku akan menjumpai ayah dan ibu. Satu pertemuan pertama yang entah belum bisa aku bayangkan. Antara ketakutan, kecemasan dan keriangan yang membaur menyatu. Tak hanya aku yang merasakan hal itu Ayah Bundapun tak kurang cemas, bingung dan girangnya menyambut moment pertemuan ini.

Dibalik semua rencana dan tindakan yang telah Ayah Bunda lakukan dengan mempersiapkan segala macam pernik kebutuhanku mulai dari popok hingga selimut dan sabun mandi bahkan sampai persipan kamarku. Kulihat Bunda lebih siap menyambutku. Struktur keluarga yang mempunyai banyak pengalaman melahirkan dan merawat bayi menjadi modal yang sangat menguatkan Bunda. Terlebih bidang kerja Bunda sebagai planner produk susu membuatnya lebih banyak terlibat dengan pakar anak dan gizi serta seluruh detailnya. Wajar bila selama mengandungku banyak motivasi dan persepsi positif yang bunda dapatkan sehingga memudahkan aktifitas kesehariannya. Lebih-lebih lagi teman-teman Bunda banyak yang sedang mengandung dan merawat baby. Bisa jadi kelompok gosip yang membangun. Jai meski Bunda tak kalah tegangnya namun Bunda cukup menikmati saat saat kehamilan ini. Termasuk dengan rutin ikut senam hamil sampai 2 kali seminggu hingga menikmati banyaknya perhatian dari sekitar atas kehamilannya ini.

Kalau Ayah. Bagaimana mau bilang ya. Dalam struktur keluarganya tak ada sejarah kelahiran yang melibatkan dirinya demikian juga untuk urusan merawat bayi. Wajar bila Ayah amat kagok menghadapi baby meski pada dasarnya Ayah amat dekat dan sering jadi idola anak-anak. Saat beberapa waktu kemarin Bunda minta Ayah menunggui Bunda saat proses melahirkan, Ayah sudah pucat. Pucat karena Ayah takut muntah bila melihat darah seperti yang selama ini dia alami. Sedih juga ayah. Setidaknya dia berharap saat pertemuan itu dia banyak bisa memberi peran dan menunaikan kewajibannya sebagai ayah. Tidak saja menemani ibu tapi juga menjadi saksi pertama pertemuan itu.

“Dijalani saja” akhirnya itu menjadi kata-kata penguatan dari ayah untuk menghadapi waktu pertemuan itu. Menguatkan ayah dari kegugupan dan kecemasan tiap kali Bunda bilang mulas dan keluhan lainnya. Beruntung banyak baik dari keuarga Ayah ataupun Bunda mempunyai dukungan yang besar untuk menguatkan Ayah dan Bunda dari kecemasan. Satu doa agar pertemuan itu lancar dan aku diberi kesehatan, kondisi normal, islam dan ikhsan selalu Ayah Bunda pintakan.

Kini Ayah Bunda terlalu gugup untuk mengharap aku lahir di hari yang diinginkan karena saat ini yang terpenting adalah keselamatan dan kesehatan. Kuberharap Tuhan mendengar pinta kami bertiga. Amien!

Please follow and like us:
Facebooktwitterredditpinterestlinkedinmail

You may also like

2 comments

  1. seperti hari- hari or detik-detik yang menegangkan aja, mas..

    kalo bsa proses kelahirannya diabadikan…

    hukumnya wajib bagi seorang suami, menunggu istri dalam proses melahirkan, apalagi itu anak pertama kan…

    aku disini mendoakan yg terbaik untuk semuanya…amien.

  2. abin sekeluarga ngucapin selamat buat udah om sam dan tante yeni atas kelahiran Kinanti td pagi :).
    dah ga sabar pingin tau cerita lengkap proses kelahirannya. ditunggu ya… 😀

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *