Narcist

By Be Samyono (29032008.23.45)

Ayah dulu bilang kalau aku tak bakalan senarcist Ayah tapi sepertinya itu hanya kata-kata isapan jempol. Buktinya saat pertama kali bertemu ayah setelah 10 menit aku dilahirkan aku sudah gemar memandang kamera saat di potret. Dan kebiasaan itu terus berlanjut. Tak hanya bila ada kamera, saat ada HP di sodorkanke aku untuk memotretku pandanganku pasti tak jauh dari lensanya. Jadilah kebanyakan photoku adalah photo yang selalu menghadap kamera, dengan ekspresei tentunya.

Ayah punya kebiasaan untuk merayakan ulang bulanku dengan mengadakan photosession. Tujuan utamanya adalah semata untuk melihat dan memantau perkembanganku bulan demi bulan dalam bentuk dokumentasi. Selain menyalurkan keinginan Ayah dan Bunda untuk mendandaniku tentunya. Ulang bulan ke 2 yang jatuh 2 februari lalu jadi pangalam yang menggelakkan bagi Ayah dan Bunda. Minggu pagi ayah telah mempersiapkan mainan moo-ku di lantai atas. Disanapun telah berkumpul selimut orange yang didapat ayah dari IKEA plus beberapa pernik termasuk peralatan memotret ayah lengkap. Hari itu Ayah mengandalkan pencahayaan dari matahari yang terang masuk rumah untuk pemotretan ini.

Bunda tak kalah sibuk sedari pagi dia telah memandikanku dan menyiapkan propertiku. Baju karusel lengkap di padupadankan dengan topi little house. Dan sekitar jam 10-an Bunda telah menggendongku ke lantai atas dan mulai mendandaniku. Ampun panas banget hari ini. Aku jadi gelisah. AC rumah gak cukup menghalau ketidaknyamananku dengan memakai baju karusel ini. Akibatnya hanya bebrapa shoot aku sudah teriak tidak nyaman. Gambar-gambar tak didapat bagus dan Ayahpun menyerah. Bunda segera mengganti bajuku dengan yang lebih dingin tapi aku lebih suka nenen dulu. Photosession dihentikan.

Setengah jam kemudian Bunda teriak pada ayah kalau aku sudah siap diatas. Ayahpun naik dan mau melanjutkan sessi ini. Daripada aku tak nyaman ayah memutuskan untuk tak mengganti pakaianku. Bundapun telah siap menaruhku di atas “Stage” yang merupakan hamparan selimut orange. Saat Ayah akamn memulai. Aku tertidur! Ah Ayah jadi menunda photo sesion ini untuk kedua kalinya. Susah memang berkompromi dengan baby yah.

Satu Jam kemudian bunda kembali memanggil Ayah. Bangun tidur adalah saat yang bagus buat moodku dan mataku yang jernih. Ayahpun tak menyiakannya. Belajar dari ketidaknyamananku karena cuaca panas. Ayah hanya menaruhku di “stage” dengan pampers saja. dan beberapa puluh jepretanpun didapatkan Ayah pada akhirnya dengan bantuan pernak-pernik mainan Moo aku. Sesekali aku tersenyum, pura-pura tak lihat dan memandang kamera. Agak gragi juga dengan situasi yang sama sekali baru ini. Seperti demam panggung. Untungnya semua cepat berlalu karena aku langsung ngantuk kembali. Ayah cukup puas dengan hasil yang didapat hari itu.

Saat Ulang bulan ku yang ke 3. Ayah punya rencana memotretku dengan nuansa biru diatas playmate-ku. Tapi akhir pekan kemarin Bunda menelepon ayah yang akan kuliah mengabarkan kalau suhuku naik. Ayah minta Bunda bawa aku ke dokter. radang tenggorokan itu yang dikatakan Dokter. Radang yang menular dari Ayah! wah sedihnya ayah, bikin aku sakit dan lemas untuk 2 hari. Photo sessionpun ditunda karena aku harus tinggal di rumah kakek tak boleh keluar. Moga minggu depan semyumku telah berkembang lagi hingga aku bisa lebih siap kembali bergaya di atas playmate-ku.

Please follow and like us:
Facebooktwitterredditpinterestlinkedinmail

You may also like

1 comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *