Cephalo Pelvic Disporpotion

Persiapan cuti Bunda dan persiapan akhir tahun bisnis Ayah membuat jadwal kontrol ke Dokter Amru mesti molor 3 jam dari jadwal biasanya. Itu tidak saja membuat hari jumat ini bertemu dengan kemacetan yang menyesakkan tapi juga jadwal menunggu yang sedemikian panjang. Hampir 2 jam kami menunggu dengan antrian ke 27. Apa boleh buat. Beruntung ruang periksa dokter RS. Asih kini berada di bangunan terpisah yang lebih nyaman hingga menunggu lama lebih tidak terasa.

“Sepertinya satu-satunya jalan adalah caesar!” demikian Dokter Amru mengatakan dengan penuh hati-hati dan berusaha membuat kami senyaman mungkin dengan kata itu. Kalimat itu muncul karena sudah minggu ke 37 posisiku belum juga turun ke arah panggul. Dengan bahasa keren dokter menyebutkan istilah Cephalo Pelvic Disporpotion. Kondisi dimana penampang panggul bunda terlalu sempit untuk bisa dilalui oleh kepala bayi. Akibatnya jelas proses kelahiran vaginaly tak mungkin bisa dilakukan.

Bunda kaget dan ayah lebih pucat. sebenarnya tak jadi masalah mengingat begitu banyak kasus bisa diatasi dengan caesar, bahkan caesar kini ibarat jadi satu solusi untuk melahirkan dengan mudah selain menjadi trend. Persoalannya, Selama ini Ayah & Bunda begitu yakin akan melalui proses melahirkan secara normal melihat perkembanganku yang tanpa masalah. Selain mengetahui begitu banyak benefit dengan melahirkan secara normal dibanding cesar. Pun dengan kelahiran normal akan bertemu dengan pengalaman-pengalaman baru yang tentunya akan jauh lebih bercerita daripada kelahiran yang terencana seperti ini. Dan yang utama membuat hati ayah kecil adalah bagaimanapun caesar adalah operasi! yang tentunya akan memberikan efek samping yang beragam.[…….]

Continue Reading

You may also like

Nervous

Beberapa minggu lagi aku akan menjumpai ayah dan ibu. Satu pertemuan pertama yang entah belum bisa aku bayangkan. Antara ketakutan, kecemasan dan keriangan yang membaur menyatu. Tak hanya aku yang merasakan hal itu Ayah Bundapun tak kurang cemas, bingung dan girangnya menyambut moment pertemuan ini.

Dibalik semua rencana dan tindakan yang telah Ayah Bunda lakukan dengan mempersiapkan segala macam pernik kebutuhanku mulai dari popok hingga selimut dan sabun mandi bahkan sampai persipan kamarku. Kulihat Bunda lebih siap menyambutku. Struktur keluarga yang mempunyai banyak pengalaman melahirkan dan merawat bayi menjadi modal yang sangat menguatkan Bunda. Terlebih bidang kerja Bunda sebagai planner produk susu membuatnya lebih banyak terlibat dengan pakar anak dan gizi serta seluruh detailnya. Wajar bila selama mengandungku banyak motivasi dan persepsi positif yang bunda dapatkan sehingga memudahkan aktifitas kesehariannya. Lebih-lebih lagi teman-teman Bunda banyak yang sedang mengandung dan merawat baby. Bisa jadi kelompok gosip yang membangun. Jai meski Bunda tak kalah tegangnya namun Bunda cukup menikmati saat saat kehamilan ini. Termasuk dengan rutin ikut senam hamil sampai 2 kali seminggu hingga menikmati banyaknya perhatian dari sekitar atas kehamilannya ini.

Kalau Ayah. Bagaimana mau bilang ya. Dalam struktur keluarganya tak ada sejarah kelahiran yang melibatkan dirinya demikian juga untuk urusan merawat bayi. Wajar bila Ayah amat kagok menghadapi baby meski pada dasarnya Ayah amat dekat dan sering jadi idola anak-anak. Saat beberapa waktu kemarin Bunda minta Ayah menunggui Bunda saat proses melahirkan, Ayah sudah pucat. Pucat karena Ayah takut muntah bila melihat darah seperti yang selama ini dia alami. Sedih juga ayah. Setidaknya dia berharap saat pertemuan itu dia banyak bisa memberi peran dan menunaikan kewajibannya sebagai ayah. Tidak saja menemani ibu tapi juga menjadi saksi pertama pertemuan itu.[…….]

Continue Reading

You may also like

Pengikat Kami

Tak jarang Bunda berandai-andai seperti apa aku kelak. Bunda berharap aku seperti bunda yang tak “neko-neko” karena Bunda seringkali mengelus dada sambil terbahak melihat tingkah Ayah yang kadang “ajaib”. Tapi Ayah tak mau kalah berharap aku seperti dia yang banyak bisanya dan mandiri. Wah rame deh kalo sudah beradu argumen begini. Dan selalu berakhir dengan saling meledek. Ayah dan Bunda memang tak banyak mempunyai kesamaan. Dari makanan, selera akan barang, keinginan hingga tempat-tempat favorite. Meskipun ada beberapa hal yang sama tapi ujungnya bertolak belakang. Contohnya soal makanan. Ayah senang sekali makan makanan ekstrem seperti sushi, rujak cingur, bebek atau buah mentah saat Bunda lebih doyan makanan yang normal dan selamat dimakan. Kalaupun mereka sama-sama penyuka mangga muda, Ayah akan memakan daging sebelah luar sementara Bunda bagian dalamnya. Perbedaan ini memang tak pernah dibawa menjadi satu perdebatan karena sepertinya masing-masing sudah tahu batas wilayah kesukaannya masing-masing. Hingga Bundapun tak pernah memaksa Ayah suka duren dan Ayahpun tak pernah memaksa Bunda suka bebek dengan alasan supaya tidak saling mengurangi jatah. Duh lucunya.

Kadang aku heran dengan begitu banyak perbedaan ini apa yang menyatukan Ayah dan Bunda. Sekali waktu pernah kudengar Ayah mengatakan Bundalah penyeimbang hidupnya. Seseorang yang selalu bisa membuatnya berusaha untuk memberikan yang terbaik dan mendapatkan ketentraman di hidupnya. Dan aku semakin menyakini bahwa dibalik begitu banyak perbedaan yang dimiliki Ayah Bunda ada sesuatu yang besar sebagai pengikat. Bukan hanya sebentuk cinta namun juga satu keikhlasan untuk mewujudkan satu konsep dan tujuan hidup yang sama. Dan aku adalah satu rencana terindah didalamnya. Buktinya saat Usiaku tepat 7 bulan lalu ayah mengirimkan sms berupa doa kepada Bunda. “Semoga baby kita mendapat bahagia atas hadirnya diantara kita, amin”[…….]

Continue Reading

You may also like

Tak Senarsis Ayah

Beginilah resiko bila memilih dokter kandungan yang mempunyai cukup panjang daftar antrian pasien. Meski Dokter Amru harahap di RSB Asih cukup profesional dan sangat ramah namun keterbatasan waktu selalu menjadi kendala untuk konsultasi secara detail ataupun mendiagnosa USG dengan cermat. Hingga Ayah bunda memutuskan untuk secara khusus memeriksakan aku dengan USG 4D di dokter lain yang tak antri namun cukup bisa diajak konsultasi. Dipilihlah dokter Febriansyah di RSB Gandaria. Meski beberapa opini mengatakan bahwa USG 4D hanya merupakan pemeriksaan sekunder/kosmetik belaka namun tak ada salahnya untuk mendeteksi berbagai kemungkinan secara dini. Seharusnya pemeriksaan dengan 4D dilakukan saat aku berumur sekitar 24-29 minggu dengan asumsi besaran baby cukup mudah untuk diperiksa dan telah lengkap organ tubuhnya. Namun hari itu usiaku sudah 32 minggu. Terlambat memangkarena telah cukup besar hingga agak susah untuk dipantau dengan USG. Selain memakan waktu lama memeriksanya gambaryang dihasilkanpun hampir tak ada space. Beruntung dokter Febry melakukan pemeriksaan silang dari 2D ke 4D secara detail sehingga meski beberapa gambar sulit terambil tapi organ-organ tubuh bisa dipantau satu persatu.

[…….]

Continue Reading

You may also like