Siapa bilang kesenian tradisional Indonesia tidak mempunyai opera? Langendriyan adalah buktinya. Seni berpakem jawa ini memadukan tari dengan nyayian / tembang dalam satu pertunjukan. Dan ditangan Atilah Suryajaya warga turunan kraton Mangkunegaran Solo ini membesut episode opera jawa kuno langendriyan menjadi tontonan apik yang dibawa pada konteks kekinian. Konsep yang harus ditampilkan untuk menyelipkan budaya lama ini pada era apresiasi budaya yang mulai pudar.
Memadukan sendratari, ketoprak, tari klasik dan pagelaran wayang kulit yang digarap selama 2 tahun terciptalah Matah Ati. Seni kolosal yang pertama digelar di Explanade Singapura Nopember lalu bertepatan dengan pesta budaya Asia Tenggara. Pertunjukan berdurasi 2,5 jam ini tak saja memperoleh sambutan yang gempita namun juga apresiasi yang bertubi akan kreatifitas menjadikan seni pertunjukan tradisional sejajar dengan pentas broadway si orang bule. Tak salah bila Atila berupaya memboyong pertunjukan ini untuk di tonton di negrinya sendiri. 6 bulan berselang barulah anak negri bisa melihat pertunjukan tradisional mereka di TIM yang terjadwal bulan ini selama 4 hari berturut-turut. [……]


