Mencuri Kenarcist-an Blogger Photografer Di PB2008

Sejak kamera Canon DSLR-ku menjadi tentengan wajib di setiap kegiatan dan perjalanku. Sejak itu pula istriku bilang bahwa kamera dan peralatannya yang tersatukan dalam satu ranselku itu sejatinya adalah istri pertamaku. Konsekwensinya selain aku harus menjadi suami yang adil bagi mereka berdua, akupun harus rela untuk tidak lagi narcist!. Tidak seperti kamera pocket tentenganku dulu yang dengan mudah aku meminta bantuan orang untuk difotokan selagi penyakit akutku ini kambuh, kali ini beda. Dengan kamera ini tak menjamin siapapun bisa memotret diriku dengan hasil yang kuinginkan. Terlebih dengan penampakanku yang jauh dari photo”genit” ini. Alhasil kepasrahan dan kerelaan untuk tidak narcist sudah pasti jadi pilihan utuk aku pertebal kemudian.

Prinsip inipun terpegang saat digelarnya Pesta Blogger 2008 lalu di gedung BPPT-Thamrin Jakarta. Berbekal pengalaman PB2007 lalu, aku bisa pastikan bahwa ajang temu blogger ini tak lebih dari acara temu arisan atau reunian antar sesama blogger. Meski ada harapan lebih tapi aku tak berani menanggung kecewa. Terlebih akupun membawa misi sendiri yang tak jauh beda dari hanya sekedar kumpul mengingat hampir setahun ini kegiatan bloggingku tak lebih dari satu kerutinan yang dipaksakan ada sebagai kompensasi kegiatanku kuliah. Jadi benar-benar tak adil bila mengharap ajang ini jadi forum yang lebih, sementara tujuanku datang demikian bertolak belakang. Ajang kali ini perlahan menguburkan tujuanku untuk kumpul dengan teman-teman blogger sekomunitas. Waktu ternyata membuat beberapa rekan blogger tak lagi satu bendera. Terlebih lagi alasan kesibukan membuatnya menjadi satu kendala kedatangan. Apa boleh buat. Memang mau tak mau prinsip narcist itu harus aku tanam lebih dalam.[…….]

Continue Reading

You may also like

Bedol Lapangan

Tiga tahun 10 bulan. Bukan waktu yang singkat! Selama itu MHI-Tennis nyaman denga home-basenya di lapangan tennis Brojosoemantri, Pasar festival Kuningan. Meski sempat hijrah 1 quarter ditahun ke 2 di lapangan yang lebih elit Klub Rasuna tapi tak urung kami kembali ke sarangnya yang sudah dianggap zona nyaman. Letaknya yang strategis berada ditengah kota merupakan keuntungan terbesar mengingat anggota team tersebar di Jakarta, Bekasi dan Tangerang. Hal lain berupa fleksibilitas penggunaan 3 lapangan, sarana yang dekat dengan mall, dan yang utama faktor kekeluargaan yang ada membuat kami hampir tutup mata dengan kondisi lapangan yang mulai tak rata atau tepatnya “bagai jalur Pantura”. Beberapa kali diupayakan untuk mencari lapangan alternatif namun kembali hasilnya ternisbikan keinginan anggotanya sendiri.

Q3 2008 merupakan satu titik perubahan pengelolaan team MHI Tennis. Dengan tetap memegang Motto Team: Akrab, Fun & Sehat, MHI Tennis tetap terbuka keanggotannya bagi semua penggemar olahraga tennis mulai dari pemula hingga tingkat mahir sekalipun. Sengaja team tidak mensegmentasi anggotanya karena titik berat team berada pada kualitas soasialisasinya. Team tetap akan memberi ruang bagi semua segman dan meski yakin adanya seleksi alam namun terbukti dengan strategi ini kami tetap mampu bertahan hingga hampir 4 tahun ini. Karena MHI tennis tidak saja melakukan kegiatan di lapangan saja tapi juga di milist dan juga kegiatan offline diluar lapangan. Hal lain berupa manajemen keuangan, jalur komunikasi dan jaring sosialisasi dibentuk dan diperbaiki. Utamanya hal yang menyangkut keuangan adalah point yang paling penting. Karena bagaimanapun kegiatan tennis dilapangan bergulir karena adanya support financial dan keinginan anggota. Para moderator dan crew hanya sebagai seksi sibuk semata untuk mengelolanya dan menjadi penjembatan antara anggota dan pihak manajemen lapangan hingga mereka bisa bermain dengan nyaman dan leluasa.[……..]

Continue Reading

You may also like

Jogja Trip: Part 2 (Bad Journey)

Lima tas! ayah terpekik. itupun masih ada car seat yang harus dibawa di gerbong. Padahal hanya ayah, Bunda dan Tante Nung yang akan pulang dengan kereta bersama. Ayah hanya membayangkan bagaimana membawa tas-tas ini. Akhirnya ayah pikir gampang, toh ada porter yang akan bantu nanti di stasiun. Jadi berangkatlah kami menggunakan kereta Tatsaka pagi untuk mengakhiri liburan selama seminggu ini di Jogja dan Magetan. Seperti juga keberangkatan kami, kepulangan kamipun aku lewati dengan gembira. Malah aku jarang tidur. Ayah saja yang agak kebingungan karena Car-seatnya susah untuk diletakkan dibagasi. tahu gitu ayah akan membeli 4 seat agar aku bisa duduk sendiri.

Tak ada masalah hingga perjalanan kami sampai disatu stasiun kecil di daerah subang tepat pukul 5 sore. Tiba-tiba kereta berhenti lama hingga muncul satu pengumuman bila ada kereta terguling di depan sehingga kami harus menunggu selama 2 jam. Aku lihat ayah jadi gelisah. Ayah membicarakan hal terburuk dalam perjalanan ini. Apalagi kalau bukan tiba-tiba kami harus dioper karena biasanya kereta terguling akan lama penangannanya. Kalau dioper ayah bingung bagaimana membawa semua tas ini belum lagi mengatasi kegaduhan selama proses oper. Bunda menenangkan ayah dan berharap ini tak terjadi. Sayangnya Tepat pukul 7 malam terbetik berita kalau proses evakuasi kereta masih lama sehingga penumpang akan dipindahkan ke 5 bus yang akan disediakan oleh PJKA. Nah![……..]

Continue Reading

You may also like

Jogja Trip: Part 1 (Great Journey)

Ada acara pernikahan! begitu girang bunda menyambut acara milik mas Banu dan Mbak Novi ini karena bila dihitung-hitung aku sudah lebih dari 6 bulan yang artinya aku sudah bisa diajak pergi perjalanan jauh. Bunda makin bersemangat karena acara ini juga sekaligus bisa digunakan untuk memperkenalkanku pada keluarga di Jogja dan Magetan. Bunda telah ambil cuti panjang demikian juga dengan ayah sudah jauh hari mempersiapkannya. Utamanya undangan dan photo-photo preweding pengantin yang ayah sendiri kerjakan.

JOGJA … KULONUWUN

Rencananya tak hanya aku, ayah dan Bunda yang akan berangkat. kakek-Nenek juga tante Nungpun akan diajak serta. Kami akan berangkat naik kereta dalam rombongan besar. Selain kami ada Papa & Mama Koko, Juga keluarga Oom Mamat yang sekalian ikut untuk berlibur. Mereka ber-lima. Wah bakalan rame di kereta. Dan pastinya akan sesak karena bawaan kami saja banyaknya bikin pusing mata. Ayah bawa tas kamera serta 1 koper ukuran besar. bunda bawa tas koper sedang dengan beberapa tas jinjing. Belum yang dibawa tante Nung juga nenek. Itung-itung ada 7 tas besar. itupun setelah dikurangi karena Kakek mendadak tak bisa ikut karena sakit. Untung saja Strolerku bisa di ikutkan di mobil yang juga ke berangkat ke jogja. Kalo tidak. Pusing pasti. Ayah cuman geleng-geleng karena katanya separuh barang adalah untuk kebutuhanku!.[……….]

Continue Reading

You may also like