Tengkurap

Tengkurap ala Sophie. Lebih tepat dikatakan begitu karena gaya tengkurap aku benar-benar berbeda. Hari ini hari pertama aku tengkurap. Awalnya Bunda terkejut karena aku sudah mulai aktif berpindah tempat. Bukan perpindahannya yang membuat Bunda geleng-geleng kepala tapi bagaimana pindahnya. Aku suka sekali mengangkat badanku dengan tumpuan kepala lalu serta merta menendangkan kaki dan mengangkat seluruh tubuhku hingga aku pindah posisi ke atas. Lalu keatas lagi dan keatas lagi. Arah tengkurappun selalu kekiri dan atas. Berbahaya sepertinya karena kepalaku benar-benar jadi tumpuan seluruh badan. Dan dasar gerakan ini yang aku pakai untuk tengkurap. Dengan mengangkat badan seperti mau kayang bertumpukan kepala aku membantingkan badan ke arah kiri … hup. Tengkuraplah aku! Benar-benar akrobatik. Bunda jadi takut melihatnya. Saat tengkurap, kepala beberapa detik sudah bisa aku tegakkan. Kalau sudah lelah, Bunda dan Ayah mulai menyemangatiku untuk tegakkan kepala kembali.

Aku yakin beberapa minggu ke depan tak hanya kepala yang bisa aku tegakkan tapi aku juga bisa menyangganya dengan tangan. Tapi melihat gerakanku yang extrem ini Ayah dan Bunda sepakat sering memijatkan aku. Ke tempat pijat baby yang memang tak jauh dari rumah kakek. Aku cocok pijat disana. Memang biasanya aku tak akan menangis tapi bila yang dipijat sudah sampai bagian dada dan leher. wah sudah deh … aku jadi menagis kencang. Habis itu diam deh. Memang sudah jadi kebiasaanku untuk tidak menagis lama apalagi hingga teriak-teriak. Pamali mungkin bagiku. Dari sejarah keluarga hanya aku yang punya gaya sendiri seperti ini. Nenek bilang semuanya tengkurap dengan normal. Abang Dika saja yang beda karena tengkurapnya tidak berjalan ke samping atau ke atas tapi malah kebawah. Ujar nenek lagi bila arah geraknya keatas seperti yang aku lakukan maka rejekinya akan terus menerus ada. Ah nenek sekali lagi pamali loh. Jodoh, rejeki dan mati khan Tuhan yang punya kuasa. Didoakan saja agar selalu sehat dan terakhmati. Amin-amin.[…….]

Continue Reading

You may also like

Kembali Tertangkap Di Negeri Orang

Tas kameraku dipundak aku letakkan di sebelah kakiku, tinggal ini saja yang tersisa karena lainnya telah masuk bagasi pesawat. Didepanku beberapa orang petugas imigrasi bermata sipit mengamati wajah dan dokumenku bergantian sembari menanyakan hal umum. Ini bukan penangkapanku yang pertama terjadi di negri ini. Aku sudah terbiasa. Tak perlu takut.

*******

Tahun 2003 tepatnya aku dan kakakku mempunyai masalah di kantor imigrasi Tuas saat kami akan meninggalkan Singapore menuju Malaysia dimana sialnya kakakku menghilangkan secarik kertas leave form yang saat masuk ke Singapura ini telah kami isi. Urusan jadi lebih lama di Imigrasi karena kami harus diinterogasi secara khusus di ruang tersendiri sementara penumpang lain menanti dengan tak sabar di Bus Continent. Kejadian Berulang 2 tahun kemudian. Perjalanan tengah malam dengan segebok oleh-oleh berupa peralatan logam justru membuahkan kesulitan saat menuju Singapore dari Malaysia. Entah kenapa data kami jadi sulit diakses sehingga hampir setengah jam kami tercekal di imigrasi. Bus yang hanya berisi 8 orang itupun terpaksa menunggu lama. Kapok! mungkin kata itulah yang tepat di katakan. April tahun ini beberapa kejadian terulang dan lebih buruk malah. Tertangkap 2 kali dan passpor hilang. Memang tak ada yang lebih buruk daripada kehilangan passpor di negri orang.[…….]

Continue Reading

You may also like

Sodomi Masal

Era disket telah usai, Flash disk kini menggantikannya. Dan karena begitu mudahnya mencolak-colok flash disk, jadilah kebiasaan untuk mengambil file melalui flash disk tanpa mengingat resiko penularan virus. Praktek inipun terjadi di setiap akhir kuliah di Kampusku. Tiap ada teman presentasi ataupun dosen mengajar pasti lusinan flashdisk sudah antri untuk meminta copy file. Melelahkan dan tidak praktis memang karena beberapa teman dengan entengnya menitipkan flashdisk begitu saja. Padahal bila mau bersabar file cukup di copy beberapa orang yang kemudian di share. Namun rupanya pepatah makin tua makin bisa bersabar tak berlaku di kelas ini. Hingga pemandangan seperti ini menjadi jamak. Dan akupun sebagai orang yang dianggap melek teknologi selalu mendapat peran melakukan tugas ini. Padahal kadang aku heran apakah setiap copy-an ini sempat untuk dibaca! Bukannya malah menumpuk menjadi sampah digital. Tapi begitulah. Rupanya pepatah yang berlaku disini adalah makin tua makin pikun, karena habis ngopy selalu minta copy lagi karena lupa. Maklumlah!. Bukankah salah satu indikator seorang doktor itu adalah pelupa.

Beberapa dosen dengan senang hati akan mengijinkan kami mengcopy baik lewat assistennya atau kami kerjakan sendiri. Selebihnya mereka enggan memberikan karena toh hard copy telah dibagikan selain alasan malasnya melihat tumpukan flashdisk yang sudah antri di depan mereka. Atau bisa jadi mereka mengerti apa resiko “sodomi Masal” seperti ini. Aku sendiri lebih suka mempersiapkan file berbasis PDF bila ada indikasi rekan meminta copy file. Alasannya cukup sederhana, apalagi kalau bukan karena alasan kompability? Karena perbedaan versi seringkali rekan-rekan minta copy lagi gara-gara file yang dicopy tak bisa dibuka. Sepele memang tapi bila tak cukup seorang yang meminta dan tak cukup sekali dilakukan bikin bete juga. Tapi mau dikata apa kebanyakan dari temen-temen adalah gaptek mania, jadi mau tak mau keadaan ini ditelan saja.[…….]

Continue Reading

You may also like

Narcist

Ayah dulu bilang kalau aku tak bakalan senarcist Ayah tapi sepertinya itu hanya kata-kata isapan jempol. Buktinya saat pertama kali bertemu ayah setelah 10 menit aku dilahirkan aku sudah gemar memandang kamera saat di potret. Dan kebiasaan itu terus berlanjut. Tak hanya bila ada kamera, saat ada HP di sodorkanke aku untuk memotretku pandanganku pasti tak jauh dari lensanya. Jadilah kebanyakan photoku adalah photo yang selalu menghadap kamera, dengan ekspresei tentunya.

Ayah punya kebiasaan untuk merayakan ulang bulanku dengan mengadakan photosession. Tujuan utamanya adalah semata untuk melihat dan memantau perkembanganku bulan demi bulan dalam bentuk dokumentasi. Selain menyalurkan keinginan Ayah dan Bunda untuk mendandaniku tentunya. Ulang bulan ke 2 yang jatuh 2 februari lalu jadi pangalam yang menggelakkan bagi Ayah dan Bunda. Minggu pagi ayah telah mempersiapkan mainan moo-ku di lantai atas. Disanapun telah berkumpul selimut orange yang didapat ayah dari IKEA plus beberapa pernik termasuk peralatan memotret ayah lengkap. Hari itu Ayah mengandalkan pencahayaan dari matahari yang terang masuk rumah untuk pemotretan ini.

Bunda tak kalah sibuk sedari pagi dia telah memandikanku dan menyiapkan propertiku. Baju karusel lengkap di padupadankan dengan topi little house. Dan sekitar jam 10-an Bunda telah menggendongku ke lantai atas dan mulai mendandaniku. Ampun panas banget hari ini. Aku jadi gelisah. AC rumah gak cukup menghalau ketidaknyamananku dengan memakai baju karusel ini. Akibatnya hanya bebrapa shoot aku sudah teriak tidak nyaman. Gambar-gambar tak didapat bagus dan Ayahpun menyerah. Bunda segera mengganti bajuku dengan yang lebih dingin tapi aku lebih suka nenen dulu. Photosession dihentikan.[…….]

Continue Reading

You may also like