Antara Udel, Buku, Jalan-jalan Dan Kerupuk

Kalau ditanya apakah hal yang aku sukai, ach…aku kebingungan menjawabnya karena ternyata banyak sekali. Ayah dan bunda benera-benar membebaskanku untuk menyukai apa saja yang aku ingini tanpa mendoktrin ini dan itu. semuanya ditawarkan padaku dan aku mempunyai hak untuk memilih. Tentunya da rambu-rambunya. selama yang aku pilih datau inginkan tidak tepat atau membahayakan. Ayah dan Bunda akan cukup tegas bilang “TIdak”. Pun sama halnya bila aku ditanya apa yang aku takuti. Aku tidak bisa menjawab spesifik. Karena utamanya ayah sanagt tidak suka bisa aku ditakut-takuti dengan berbagai hal yang tidak masuk akal. Entah itu binatang, benda-banda tertentu, kesendirian, apalagi setan. Hal ini membuatku cukup berani dengan hewan apapun kalaupun aku takut karena aku bisa menilainya entah karena binatang itu jorok atau aku geli memegangnya. Terhadap gelappun demikian. Mungkin yang agak aku takutkan adalah orang asing terutama lelaki. hahahaha entah aku mau bilang apa soal ini. Kembali ke soal kesukaan ternyata ada yang benar-benar aku sukai hingga hampir tiap hari aku tak bisa melewatkannya, Yaitu:

UDEL:

Jadi malu aku kalau bercerita, Kebiasaanku memegang udel akan muncul saat aku mikcu (mimik susu) atau nenen. Mulanya bukan udel yang aku pegang, tapi janggut Ayah atau bunda. Setelah satu tahun karena lebih didik mandiri maka kesukaan itu turun ke udel. Parahnya aku tidak hanya suka mengelus tapi juga menarik-narik. Aku sangat geram kalau bajuku tak bisa dibuka saat ritual itu akan kumulai. Padahal Bunda yang sangat cerewet soal ini, beliau kawatir aku masuk angin karena sepanjang malam aku akan menyibakkan baju tidur sampai terangkat separuh perut. Dan kekawatiran lain yaitu takutnya aku akan bodong karena udelku selalu kutarik… hah segitunyakah?

[……..]

Continue Reading

You may also like

Liburan “Seronok” (KL Trip) #1

Jalan-jalan seakan menjadi satu prioritas tersendiri bagi saya dan utamanya buat Bunda Sophie. Bahkan kami sepakat untuk selalu mengalokasikan dana dan waktu 2-3 kali setahun untuk jalan-jalan entah keluar kota atau keluar negeri. Rupanya memang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Sophie anak kami ternyata amat menyukai jalan-jalan. Kondisi sakitpun akan dia abaikan bila mendengar kata jalan-jalan. Tidak hanya perjalanan keluar kota yang dia nikmati, ke luarnegeripun dia lalui dengan keriangan. Sepertinya Sophie amat mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan baru serta hebatnya dia bisa menciptakan kegembiraan tersendiri dari setiap suasana yang tercipta. Untuk itulah kami sangat enggan dan tak rela jika meninggalkan dia disaat ada renacana untuk jalan karena kami yakin dia cukup menikmati setiap perjalanan ini.

Sedikit cerita ketika pertama kami mengajaknya pergi ke Singapore di usia 14 bulan. Keraguan mulanya kami temui. Kekawatiran akan ribetnya membawa baby dan tak adanya bala bantuan di negeri orang membuat kami berfikir berulang. Namun kembali kami kuatkan diri bahwa perjalanan ini adalah pembelajaran bagi kami untuk mengurus Sophie tanpa bantuan siapapun. Mungkin menjadi berlebihan bila pada akhirnya kami membawa hampir semua barang keperluan dia secara berlebihan. Mulai dari stroller, obat-obatan, makanan, pampers dan segala macamnya. Bagasi kamipun menggelembung. Waktu 4 hari disana ternyata tak mengkawatirkan meski perjalanan lumayan melelahkan karena via Batam untuk sekalian menengok saudara. Sophie tetap ceria dan asyik menikmati perjalanan pun ketika kami harus antri dan berdesakan 3 jam lebih untuk bisa mencapai Johor Baru. Beruntung ada stroller dan buku, teman perjalanan Sophie yang amat sangat bermanfaat bagi dia. Belajar dari pengalaman itu kami tak ragu untuk kembali jalan dengan mengajak Sophie. […….]

Continue Reading

You may also like

Namaku Inan

Kinanthi Sophia Ambalika” mestinya begitu aku dipanggil secara lengkap. Ayah Bunda ingin namaku khas Jawa maka diambillah kata KINANTHI yang artinya tembang cinta/penuntun kehidupan, AMBALIKA diambil dari nama seorang dewi dalam pewayangan yang menurunkan generasi pandawa sementara SOPHIA mempunyai arti Bijaksana. Jadi kira-kira makna KINANTHI SOPHIA AMBALIKA = putri bijaksana yang menyenandungkan tembang cinta. Sengaja ayah merancang namaku dengan menggabungkan 3 kata. Alasannya sederhana, supaya aku punya nama awal, tengah dan akhir. Nama awal diambil dari bahasa kawi, tengah dari bahasa latin dan akhirku akan diberikan nama wayang. Ayah berencana akan memakai dalil pada adekku kelak. Insyaallah!

Nama Kinanthi Sophia Ambalika yang melekat di aku ternyata berpinak saat kata panggil di tujukan padaku. Banyak yang memanggilku Sophie, namun tak kalah banyak yang memanggilku Kinan kependekan dari Kinanthi. Belum lagi yang memanggil Phiphie, Mpok Nan, Tembluk, Genduk dan seabrek-abrek panggilan lain yang beralasan merupakan panggilan sayang. Lalu bagaimana aku memanggil diriku? […….]

Continue Reading

You may also like

Si Baby Ini & Itu?

Dibanding dengan Baby lain seusiaku atau malah dengan sepupu ku yang seumur mungkin berkah yang terberi padaku adalah kemampuan bicara. Di umur 21 bulan aku cukup fasih untuk diajak komunikasi, bercerita ataupun bernyanyi juga berdoa. Bagi Ayah bunda ini cukup menghibur setelah masalah berat badanku yang cukup “ringan” dibanding rekan lain sebayaku. Soal omong aku tak tahu kenapa secepat ini aku bisa bisa berkomunikasi dengan tutur yang fasih dan tepat. Apakah lingkunganku yang memang mendukung budaya tutur atau karena Ayah Bunda tak pernah menerimaku menggunakan bahasa tangis sehingga aku lebih banyak diajak komunikasi secara verbal. Usil punya usul ternyata Ayah dan Bunda paling bisa memilah dan memperhatikan sikapku.

Katanya Aku Baby TUWIR:

Bagaimana tidak aku suka mengucapkan kalimat yang mereka pandang sangat tua untuk umurku misalkan saat aku mulai berlagak tuwir dengan kata-kata yang aku punya seperti. “Hati-hati ya bunda, be carefull” atau “hati-hati, jangan di jalan nanti ada motor” kala aku ucapkan di depan rumah sebelum Ayah dan Bunda berangkat kerja. Kalimat mempersilahkanpun mereka terima dengan geleng-geleng padahal aku cuman bilang “Ayo papa thotho makan dulu” atau “Ayah kaos kakinya lepas dulu” begitu papa thotho bertandang ke rumah atau Ayah baru pulang dari kantor. Tak jarang Nenekpun sering dapat nasehat dari aku saat aku sakit “nek makannya sudah, nanti aku muntah loh!” atau “gak mau minum susu nenek, nanti muntah” atau malah pernah mendengar ayah batuk aku langsung mengambilkan air minum buat ayah sembari bilang “Ayah batuk, minum dulu ya”[…….]

Continue Reading

You may also like